Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ditekan Ketidakpastian Makro Jelang Rapat The Fed, Harga Bitcoin Stuck di US$89.000

Ditekan Ketidakpastian Makro Jelang Rapat The Fed, Harga Bitcoin Stuck di US$89.000 Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga bitcoin terus bergerak volatile pada pekan pertama dari Desember. Hal ini terjadi sempat mencetak rekor tertinggi baru mendekati US$126.000.

Dilansir dari Coinmarketcap, Minggu (7/12), pergerakan harga bitcoin yang naik-turun tajam bahkan sempat membawa aset kripto tersebut turun ke US$89.000.

Baca Juga: Bos Ripple Prediksi Harga Bitcoin Akan Tembus US$180.000

Bitcoin sendiri tengah terjebak antara tekanan makro, arus investasi spot yang tidak stabil dan permintaan institusional yang tetap solid.

Analis menyoroti fokus pelaku pasar menjelang pertemuan dari Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS). Prospek kebijakan moneter dari lembaga tersebut menjadi penentu utama arah harga dari bitcoin.

The Federal Reserve secara luas diperkirakan memangkas suku bunga sebesar dua puluh lima basis poin pada pertemuan pekan ini, dengan pasar berjangka menunjukkan peluang kuat terjadinya pelonggaran. Suku bunga yang lebih rendah umumnya mendukung aset berisiko dan meningkatkan likuiditas bitcoin.

Adapun Bank Sentral India telah lebih dulu menurunkan suku bunga. Ia juga menyuntikkan dana segar untuk meredam dampak tarif perang tarif, totalnya sekitarĀ US$12 miliar.

Sementara Bank of Japan (BoJ) tengah bersiap menaikkan suku bunga, langkah yang dapat memicu pelepasan yen carry trades dan mengurangi likuiditas global yang mana merupakan risiko negatif bagi aset berbeta tinggi seperti bitcoin.

Namun Pendiri Bitmex, Arthur Hayes masih memperkirakan harga bitcoin bisa mencapai US$250.000. Ia menilai penurunan tajam baru-baru ini bukan disebabkan aksi jual institusi pada pasar spot, melainkan pelepasan kompleks posisi basis trade di Bitcoin ETF.

Hayes juga menyebut berakhirnya kebijakan pengetatan kuantitatif bank sentral, program pembelian kembali utang pemerintah, serta pergeseran menuju pertumbuhan kredit berbasis perbankan tahun depan sebagai faktor yang dapat meningkatkan likuiditas dolar dan memicu reli kuat bitcoin.

Baca Juga: ETF Bitcoin BlackRock Jadi Produk Paling Menguntungkan, Aset Hampir Sentuh US$100 Miliar

Meski Hayes berada pada sisi paling bullish, analis menilai argumennya menggambarkan ketegangan utama dalam pasar yakni likuiditas global mulai membaik, namun ketidakpastian jalur suku bunga dan potensi sikap hawkish bank sentral masih membatasi selera risiko.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: