Pertumbuhan Ekonomi Lebih Tinggi dan Berkualitas Diperlukan untuk Capai Indonesia Emas 2045
Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ferry Irawan, mengungkapkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas diperlukan untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.
Sehingga dalam memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2026, Pemerintah salah satunya memperkuat sektor industri manufaktur dan farmasi sebagai motor penggerak utama perekonomian.
Baca Juga: Fundamental Kuat, Ekonomi 2026 Diproyeksikan Akan Lebih Baik
Untuk mendukung agenda tersebut, Kemenko Perekonomian menyelenggarakan Seminar Ekonomi Nasional dengan tema Motor Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 2026: Peran Strategis BUMN Industri Manufaktur dan Farmasi, Kamis (11/12).
Forum tersebut bertujuan untuk menghimpun pandangan pemangku kepentingan, menyelaraskan kebijakan, dan merumuskan langkah kolaboratif penguatan peran BUMN dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Target pertumbuhan 8% pada 2029 bukanlah sesuatu yang mustahil, kita pernah tumbuh di atas 7% di era 1990-an. Kuncinya adalah industrialisasi yang berkelanjutan, percepatan hilirisasi, serta penguatan BUMN terutama sektor manufaktur dan farmasi sebagai motor transformasi ekonomi nasional," ucap Ferry, dikutip dari siaran pers Kemenko Perekonomian, Jumat (12/12).
Pada sesi pertama diskusi, dilakukan pembahasan mengenai peran BUMN manufaktur dalam pengembangan mobil nasional, dukungan kebijakan pemerintah dalam memperkuat ekosistem industri mobil nasional, serta arah transformasi struktural Indonesia melalui penguatan sektor manufaktur dan pembangunan ekosistem mobil nasional.
Sejumlah narasumber menegaskan pentingnya memperkuat struktur industri dan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia. Industri Manufaktur menjadi tulang punggung perekonomian nasional dan motor penggerak utama PDB nasional dengan kontribusi sebesar 19,15%. Penguatan industri manufaktur, khususnya melalui pembangunan mobil nasional berbasis Electric Vehicle (EV), menjadi langkah krusial untuk mendorong reindustrialisasi.
Indonesia memiliki momentum tepat karena fondasi ekosistem EV, termasuk bahan baku baterai, baja otomotif, dan pasar domestik yang besar telah terbentuk. Inisiatif ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto agar Indonesia memiliki mobil nasional sebagai simbol kemandirian teknologi dan pendorong pemerataan ekonomi melalui perluasan rantai pasok hingga ke daerah.
Ke depan, diperlukan roadmap mobil nasional yang jelas dan terukur, skema pembiayaan yang kuat, komitmen Pmerintah sebagai early adopter, serta strategi branding yang tepat berbasis keandalan dan teknologi pertahanan. Pengembangan ekosistem hulu–hilir yang terintegrasi, pelibatan IKM, serta antisipasi disrupsi teknologi global menjadi kunci agar mobil nasional memiliki daya saing berkelanjutan dan memberikan multiplier effect besar bagi ekonomi nasional.
Pada sesi kedua, pembahasan dilakukan seputar kebijakan dan perkembangan industri farmasi dalam mendorong kemandirian Bahan Baku Obat (BBO), kesiapan BUMN farmasi dalam mewujudkan kemandirian BBO, serta analisis kebijakan Non-Tariff Measures (NTMs) untuk memperkuat daya saing dan memastikan ketersediaan BBO berkualitas.
Sektor industri farmasi juga menjadi elemen penting dalam ketahanan nasional. Kemandirian BBO merupakan agenda strategis nasional yang tidak hanya menyangkut ketahanan sektor kesehatan, tetapi juga penguatan struktur ekonomi. Peningkatan produksi BBO dalam negeri dinilai membawa dampak positif yang luas, mulai dari peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, hingga pengurangan ketergantungan impor.
Strategi pengembangan industri farmasi perlu dilakukan bertahap, dimulai dari perluasan penggunaan BBO lokal dan penjaminan pasar melalui pengadaan Pemerintah, serta pembangunan ekosistem hulu-hilir. Selain itu, kebijakan perdagangan dan NTMs perlu disesuaikan agar ketahanan tidak mengorbankan daya saing, dan menjadikan BUMN farmasi sebagai anchor industry. Pemerintah akan terus menjaga agar industri hilir tetap produktif dan masyarakat tetap mendapatkan obat yang terjangkau,
Sebagai penutup, Asisten Deputi Pengembangan BUMN Bidang Industri Manufaktur, Agro, Farmasi dan Kesehatan Muhamad Edy Yusuf juga menyampaikan bahwa untuk mewujudkan strategi pembangunan mobil nasional dan pengembangan industri BBO diperlukan roadmap yang terukur dan terarah serta sinergi berbagai pemangku kepentingan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement