Lebih Praktis, Stablecoin Bisa Jadi Alternatif Investasi Dolar AS?
Kredit Foto: Istimewa
Dolar Amerika Serikat (AS) masih dipandang sebagai acuan nilai yang relatif stabil oleh banyak masyarakat. Namun, akses terhadap produk dolar secara konvensional dinilai belum sepenuhnya praktis, khususnya bagi pemula yang ingin menyimpan aset dengan referensi mata uang internasional.
Dilansir Minggu (14/12), Rekening valuta asing memiliki persyaratan tertentu dan penggunaannya sering kali kurang fleksibel untuk kebutuhan transaksi harian. Hal ini membuat banyak pihak berlomba menghadirkan alternatif dolar dalam bentuk digital. Salah satu yang paling dikenal adalah stablecoin dari USDT (Tether).
Baca Juga: Meksiko Pilih Menjaga Jarak dari Aset Kripto dan Stablecoin, Ini Alasannya
USDT (Tether) adalah aset kripto kategori stablecoin yang dirancang untuk mengikuti nilai dolar dengan target nilai satu banding satu.
Dalam ekosistem kripto, stablecoin banyak digunakan sebagai alat tukar, penyimpan nilai sementara, serta penghubung antar aset digital. USDT kerap dianggap lebih mudah dipahami karena pergerakan nilainya relatif stabil dibandingkan aset kripto lain yang volatil.
Meski demikian, stablecoin ini tetap diperdagangkan dalam pasar kripto dan berada dalam sistem aset digital, sehingga memiliki risiko tersendiri. Untuk meminimalkan kesalahan perhitungan, sebagian pengguna memanfaatkan kalkulator guna memperkirakan nilai konversi antara rupiah dan stablecoin sebelum bertransaksi.
Selain sebagai alat simpan nilai, stablecoin ini juga dapat dimanfaatkan melalui mekanisme staking. Staking merupakan proses penguncian aset digital dalam jangka waktu tertentu pada platform tertentu, dengan potensi imbal hasil sebagai kompensasi.
USDT Staking kerap dipilih oleh pengguna yang sebelumnya membeli stablecoin tersebut sebagai bagian dari strategi pengelolaan aset digital. Namun, mekanisme ini bukan merupakan tabungan bank dan tidak menawarkan imbal hasil tetap. Besaran imbal hasil dapat berubah tergantung durasi penguncian dan kebijakan platform.
Baca Juga: Putra Sulung Raja Malaysia Luncurkan Stablecoin Berbasis Ringgit
Oleh karena itu, penggunaan stablecoin, termasuk melalui staking, perlu dipahami sebagai bagian dari ekosistem aset digital yang memiliki peluang sekaligus risiko, bukan sebagai instrumen bebas risiko.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement