Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bursa Asia Melemah, Investor Saham Pantau Sinyal Bank Sentral Jepang dan Korea Selatan

Bursa Asia Melemah, Investor Saham Pantau Sinyal Bank Sentral Jepang dan Korea Selatan Kredit Foto: Reuters/Kim Kyung-Hoon
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Asia ditutup melemah pada perdagangan di Selasa (16/12). Investor menarik diri dari aset berisiko menjelang rangkaian rilis data ekonomi dan keputusan bank sentral yang dinilai krusial untuk membentuk kembali ekspektasi suku bunga pada 2026.

Dilansir Selasa (16/12), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Bursa China menjadi sosortan dalam perdagangan kali ini:

  • Hang Seng (Hong Kong): Turun 1,54% ke 25.235,41
  • CSI 300 (China): Turun 1,20% ke 4.497,55
  • Shanghai Composite (China): Turun 1,11% ke 3.824,81
  • Nikkei 225 (Jepang): Turun 1,56% ke 49.383,29
  • Topix (Jepang): Turun 1,78% ke 3.370,50
  • Kospi (Korea Selatan): Turun 2,24% ke 3.999,13
  • Kosdaq (Korea Selatan): Turun 2,42% ke 916,11

Di Jepang, investor mencermati sinyal pelemahan sektor manufaktur sekaligus menanti keputusan kebijakan moneter dari Bank of Japan (BOJ). Ia sendiri secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga kebijakan jangka pendek menjadi 0,75%. Hal tersebut merupakan sebuah langkah yang berpotensi memengaruhi pasar keuangan domestik secara signifikan.

PMI Manufaktur S&P Global Jepang pada bulan ini naik tipis ke 49,7. Angka tersebut mendekati ambang ekspansi. Sementara sektor jasa melemah dan indeks manajer pembelian komposit turun ke 51,5.

Kedua data tersebut mengindikasikan gambaran pertumbuhan yang masih bercampur, dengan stabilisasi permintaan dalam beberapa sektor namun belum menunjukkan percepatan yang kuat menjelang akhir tahun.

Di China, pasar saham memperpanjang pelemahan dengan indeks utama turun menuju level terendah sejak pertengahan dari Oktober.

Data ekonomi terbaru menunjukkan pertumbuhan produksi industri melambat secara tahunan menjadi 4,8%. Sementara pertumbuhan penjualan ritel mendingin ke 1,3%. Investasi aset tetap juga masih berada dalam tekanan, memperkuat kekhawatiran bahwa permintaan domestik belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang solid.

Sentimen juga terbebani oleh kabar buruk pengembang properti dari China Vanke. Perusahaan tersebut gagal untuk memperoleh dukungan kreditur terkait penyesuaian pembayaran obligasi, yang kembali memicu kekhawatiran akan risiko kredit dalam sektor properti yang tengah dilanda krisis.

CSI Intelligent Vehicle Index di sisi lain menguat setelah regulator menyetujui dua mobil buatan lokal dengan kemampuan mengemudi otonom Level 3. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan dan perkembangan industri tertentu masih mampu mendorong sentimen positif secara selektif.

Baca Juga: Pengendali Borong Saham Victoria Insurance (VINS) Senilai Rp13 Miliar

Dari Korea Selatan, Bank of Korea menunjukkan para pembuat kebijakan mencermati volatilitas nilai tukar dan pelemahan won yang dinilai berpotensi memicu ketidakstabilan keuangan serta tekanan inflasi. Hal ini mengindikasikan ruang pelonggaran kebijakan moneter yang lebih terbatas jika mata uang tetap berada dalam kondisi rapuh.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: