Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

'Tools Big Data' Belum Populer Lantaran Tak Paham Teknologi

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Belum populernya tools big data bagi sebagian perusahaan di Indonesia turut disebabkan oleh pemahaman teknologi yang tidak merata di Indonesia. Hal itu diungkapkan pejabat CIO Bank BCA Hermawan Thendean saat menjadi pembicara di panel diskusi Virtus Showcase 2015 di Hotel JW Marriott, Jakarta, Kamis (20/8/2015).

"Sangat sulit untuk menejermahkan sekian banyak data ke dalam suatu bisnis. Ini menjadi tantangan untuk menjelaskan kegunaan analisis data atau big data kepada pengambil keputusan yang beda generasi," katanya.

BCA sebagai salah satu perusahaan jasa keuangan menggunakan analisid data demi meningkatkan proses transaksi. Bank swasta terbesar di tanah air tersebut setiap harinya memproses lebih kurang 14 juta data per hari. Besarnya jumlah data yang mesti dianalisis ini, lanjut Hermawan, membutuhkan pemprosesan yang cepat.

"Data begitu banyak, debitur mobil, debitur rumah, kartu kredit. Analisis data memungkinkan kami menganalisis behavior klien. Kalau pembayaranya di awal maka seberapa awal. Kalau pembayaranya telat maka seberapa telat. Kami belum memiliki data scientist, tapi itu sangat dibutuhkan," terangnya lagi.

Sementara itu, CIO Garuda Iwan Joeniarto membenarkan adanya tantangan tersendiri untuk menejermahkan data bagi keputusan bisnis. Dikatakannya mencari data berkualitas cukup sulit. Dia mencontohkan data keberangkatan pesawat yang dimiliki para pilot dan pengelola bandara. Menurutnya, untuk keberangkatan pesawat masing-masing pihak punya data sendiri-sendiri.

"Di Garuda sebagai insan IT yang domainnya dengan aset teknologi dihadapkan dengan banyaknya data, kami butuh orang yang mengerti analisis data. Orang IT juga mesti mau mengerti bisnis IT. Profesi data scientist masih baru, ketemunya susah," bebernya.

Garuda sendiri memerlukan analisis data yang tepat untuk mengetahui persoalan yang dihadapi perusahaan. Dijelaskan Iwan, perharinya Garuda menerima sebanyak 1.200 bookingan per hari, namun yang berlanjut menjadi transaksi hanya sekitar sepertiga atau 400 transaksi.

"Kaitannya dengan big datadata booking rata-rata per hari 1.200 yang dibayar hanya sepertiga 400. Apa yang salah, promosinya atau tarifnya dan itu bisa digunakan sebagai bahan analisis," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Febri Kurnia
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: