Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

G20 Bisa Rumuskan Pemulihan Ekonomi Global

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Pertemuan antara Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G-20 pekan depan dapat dimanfaatkan membuat konsensus atau kebijakan bersama untuk memulihkan ekonomi global, kata Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang Ekonomi Bambang Prijambodo.

Menurut Bambang di Jakarta, Jumat (28/8/2015), negara-negara G20 pernah melakukan hal tersebut saat dunia bergejolak menghadapi krisis ekonomi global pada 2008.

"Dulu ada misi konkret atau langkah-langkah yang ditempuh untuk 'restoring the growth' (pemulihan pertumbuhan)," kata dia.

Negara-negara G20 dijadwalkan mengadakan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral pada 3-6 September 2015 di Turki. Menkeu RI Bambang Brodjonegoro dan Gubernur BI Agus Martowardojo turut dijadwalkan akan menghadiri pertemuan tersebut.

Salah satu poin dari kebijakan 2008 lalu, kata Bambang, menyentuh manajemen fiskal dan regulasi masing-masing negara anggota.

Hasilnya, setelah kebijakan bersama itu, kata Bambang, harga komoditas di pasar global langsung naik. Kenaikan harga komoditas itu pula yang membantu perekonomian Indonesia, bahkan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia saat itu mencapai level 6,0 persen.

Bambang menceritakan, tekanan ekonomi global saat itu dengan kondisi sekarang cukup berbeda. Saat itu, Amerika Serikat, yang juga terdampak krisis, sangat responsif untuk memulihkan perekonomian. Langkah-langkah Amerika, sebagai negara dengan penyumbang 25 persen Produk Domestik Bruto dunia, juga turut membantu negara-negara "emerging markets" termasuk Indonesia.

"Waktu 2008 ada stimulus, baik suku bunga The Federal Reserve yang rendah maupun penggelontoran stimulus. Jadi ada langkah bersama, sehingga pemulihan keadaannya cepat," kata dia.

Sedangkan sekarang, ujar Bambang, tampak langkah pemulihan ekonomi dilakukan secara parsial dan tidak terpadu oleh negara-negara di dunia.

Untuk tekanan terhadap Indonesia, Bambang menyebutkan, ketidakpastian kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve, devaluasi yuan, dan penurunan harga komoditi masih akan menghadang.

Ketidakpastian ekonomi global ini juga membuat berbagai lembaga keuangan internasional menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhannya dari 3,8 persen menjadi 3,5 persen.

Sedangkan Indonesia, diperkirakan dapat tumbuh di 5,0 persen asalkan realisasi penyerapan belanja fiskal dan deregulasi birokrasi perizinan berjalan maksimal. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: