WE Online, Denpasar - Kain Nusantara dari berbagai daerah di Indonesia diminati pengusaha fashion untuk dijadikan bahan baku pembuatan tas etnik untuk mengangkat citra budaya lokal ke dunia internasional.
"Kain Nusantara yang saya koleksi ada yang dari Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa, Madura, Nusa Tenggara Timur dan sejumlah daerah lainnya. Kain itu memiliki motif yang unik dan berkelas, sehingga saya tertarik membuatnya jadi bahan baku tas," kata pengusaha fashion Dyah Iswarini ditemui di Denpasar, Minggu (3/1/2016).
Selama ini, ujar dia, kain-kain Nusantara lebih banyak digunakan sebagai selimut atau taplak, padahal waktu pembuatannya bisa sampai berbulan-bulan.
"Realita ini menggugah batin saya sehingga sejak 2014 tercetus niat untuk menciptakan produk yang menggunakan bahan dasar kain Nusantara sebagai langkah untuk meningkatkan derajatnya. Baik di mata masyarakat, maupun pencinta fashion di dalam negeri dan mancanegara," ujar Dyah.
Produk yang dipilih adalah tas, karena merupakan produk yang banyak diminati wanita berbagai kalangan. Kain-kain koleksi itu kemudian digunakan sebagai bahan baku tas wanita, dengan dipadukan beragam kulit satwa. Seperti kulit ular, sapi atau kambing, yang didapatkan dari Jambi.
Menurut Dyah, pihaknya sengaja memilih warna-warna yang mencolok atau "full colour", dan sering bereksperimen dengan model tabrak warna dalam memadu-padankan tas untuk mencakup lebih luas selera konsumen. Produk tas berbagai model itu diberi merk Catha Cantika, yang berasal dari bahasa Sansekerta dan bermakna adalah wanita cantik yang kreatif.
Untuk membuat produk tasnya, Dyah menjalin kerja sama dengan perajin dari Jakarta dan Bali. Berdasarkan "passion" pada dunia fashion, Dyah pun total mendesain tas dan menentukan bahan bakunya. Untuk batik dari berbagai daerah, Dyah sengaja menggunakan batik jenis cap, ketimbang batik tulis. Alasannya, jika menggunakan batik tulis, nanti jika produk tas telah jadi, harganya akan melejit tinggi, dikarenakan mahalnya harga batik tulis.
"Saya akhirnya memilih batik cap saja. Setelah menjadi tas, hasilnya ternyata tidak mengecewakan. Tas etnik paduan kulit dan batik menjadi produk yang unik sekaligus bercita budaya. Saya sangat senang, ketika saya perkenalkan ke pasar, ternyata respon konsumen cukup antusias," ujar wanita kelahiran tahun 1968 ini.
Konsumen peminat tas bukan hanya masyarakat lokal, melainkan pula warga negara asing pun menunjukkan ketertarikan yang besar. Ketika Dyah menyertakan produknya di Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2015, ada beberapa peminat dari luar negeri yang ingin bekerja sama, seperti dari Amerika Serikat, Jepang, dan Korea, untuk memasarkan produk Catha Cantika di mancanegara.
Banyak konsumen yang memuji seni tradisional yang muncul pada tas Nusantara karena dinilai sarat dengan tema kebudayaan Indonesia dan perpaduan warna-warnanya yang mencolok, justru menjadi daya tarik tersendiri.
"Tas yang diproduksi perajin tidak dibikin secara massal, melainkan "limited edition" untuk menjaga eksklusivitas. Harga yang dipatok untuk masing-masing tas berkisar antara Rp550 ribu hingga 3,5 juta. Mahalnya bahan baku dan tingkat kerumitan produk, menjadi acuan untuk menentukan harga tas," katanya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait:
Advertisement