Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Davos: Ada Apa dengan Ekonomi Jepang?

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda bersama dewan kebijakannya bertemu pekan ini di Davos untuk mengecilkan dampak turbulensi baru pada perekonomian Jepang.

"Pada tahap ini, kami tidak berpikir situasi pasar saat ini telah mempengaruhi perilaku perusahaan. Tapi, seperti yang saya katakan, pasar adalah pasar, dan pasar dapat mempengaruhi ekonomi riil. Jadi kami harus berhati-hati," katanya sebagaimana dikutip dari laman Bloomberg di Jakarta, Senin (25/1/2016).

Kuroda berbicara tentang apa yang dapat menjadi keputusan berat soal apakah akan menambah rekor program pembelian aset bank sentral, memudarnya ekspektasi inflasi, bergesernya harga minyak, dan pembalikan dalam penurunan yen telah memberikan tekanan pada BOJ untuk melakukan hal ekstra.

Meski begitu, beberapa analis mempertanyakan seberapa besar dampak yang akan dimiliki saat ini, Kuroda hanya memiliki satu kesempatan lagi dan harus bisa menyelamatkannya.

"Yang penting adalah prospek, bukan situasi saat ini, dan prospek inflasi di Jepang memburuk secara dramatis," kata Yasuhide Yajima, kepala ekonom Jepang di Perpusnas Research Institute.

Kyohei Morita dari Barclays Plc tidak setuju. Kuroda mengatakan bank sentral perlu lebih banyak waktu untuk menguji dampak potensial dari kekalahan pasar. Ekonom yang  berbasis di Tokyo tersebut mengatakan bahwa kecuali yen menguat melampaui 115 terhadap dolar, peningkatan stimulus tidak mungkin terjadi minggu ini. Saat ini stimulus ekonomi melemah 0,9 persen menjadi 118,78 pada Jumat.

Dalam catatan selama akhir pekan setelah wawancara Kuroda pada hari Jumat, Goldman Sachs Group Inc mengatakan ada kemungkinan peningkatan stimulus pada 29 Januari, tapi yang paling memungkinkan adalah pada bulan April.

Tomo Kinoshita, kepala ekonom Nomura Securities Co, mengatakan situasi ekonomi tampaknya baik-baik saja. "Pertanyaannya adalah apakah gejolak pasar baru-baru ini akan mempengaruhi perilaku perusahaan atau perilaku konsumen, itu adalah hal yang sangat tidak pasti. Jika BOJ merasa bahwa risiko penurunan ini bakal meningkat, mereka bisa membuat langkah preventif," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: