Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menpan-RB: Revolusi Mental Memerlukan Keteladanan

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Yuddy Chrisnandi menyatakan revolusi mental memerlukan keteladanan dari para pemimpin agar gerakan nasional itu benar-benar dapat diimplementasikan bagi seluruh rakyat.

Saat membuka dan menjadi pembicara kunci pada "ASEAN Corporate Culture Forum" di Jakarta, Rabu (24/2/2016), sebagaimana diinformasikan oleh Humas Kementerian PANRB, Yuddy menegaskan ketiadaan pemimpin yang memberikan contoh dan menyatukan nilai-nilai kebersamaan bangsanya akan menjadi sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan.

"Kita membutuhkan keteladanan, orang yang mempunyai komitmen kuat dan berada di garis terdepan sehingga gerakan revolusi mental benar-benar diimplementasikan," katanya.

Guru Besar Pembangunan Ekonomi Industri dan Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nasional (Unas) Jakarta itu menegaskan bahwa gerakan nasional revolusi mental tidak hanya diterapkan bagi aparatur sipil negara (ASN) tetapi juga untuk pegawai swasta dan seluruh rakyat Indonesia.

Ia mengingatkan bahwa sumber daya manusia merupakan kunci utama penggerak kemajuan bangsa.

"Kita harus memanfaatkan SDM yang ada sebagai 'human capital' untuk membangun negara yang unggul," kata Yuddy yang juga politisi Partai Hanura itu.

Ia mengatakan seharusnya Indonesia mampu menghasilkan manusia yang unggul dibanding negara lain karena memiliki nilai dasar dan akar budaya yang kuat.

Selain itu, katanya, Indonesia memiliki kekayaan alam dan kondisi geografis yang sangat menguntungkan sehingga harus mampu menjaga seluruh kekayaan bangsa yang dimiliki bagi kemakmuran dan kesejahteraan seluruh rakyat.

Budaya Kerja Pada kesempatan itu Yuddy mengingatkan pula tentang budaya kerja dalam "corporate culture" merupakan dasar bagi keberhasilan sebuah bangsa maupun organisasi dalam mengarungi dinamika tantangan global.

"Kenapa Amerika Serikat menjadi negara adidaya, kenapa Jepang yang tahun 1945 luluh lantak tapi hanya dalam waktu 20 tahun bisa bangkit, kenapa Korea sekarang menjadi macan Asia, kenapa China saat ini bisa menjadi naga perekonomian dunia? Kuncinya mereka memiliki 'corporate culture' yang kuat," kata Yuddy pada acara bertema "Strongest by Best People, Develop Great Leaders and Strong Culture" itu.

Ia menambahkan pada tahun delapan puluhan Uni Emirat Arab itu gurun pasir tetapi keadaannya sekarang jauh berubah luar biasa.

"Negara kita yang berada pada garis khatulistiwa yang dibalut nilai nilai religiusitas, harusnya lebih hebat dari mereka," katanya.

Budaya korporasi atau organisasi (corporate culture) untuk menyemai kebaikan, katanya, harus dikembangkan pula dalam kebijakan maupun kepemimpinan.

"Kebijakan yang kami ambil bukan hanya menyelesaikan persoalan kekinian tetapi memperhatikan dampaknya bagi masa depan. Seorang pemimpin harus berani mengambil risiko untuk memastikan kebaikan dan kemanfaatan di masa depan," katanya.

Menurut dia, kepemimpinan yang baik harus memiliki nilai spiritual.

"Ini adalah nilai budaya untuk melaksanakan sesuatu dengan penuh kesadaran. Di sisi lain, siapa yang lebih unggul adalah yang memiliki visi masa depan serta mampu membangun sistem dan SDM agar siap bertarung di masa depan. Itulah 'corporate culture'," katanya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: