WE Online, Jakarta - Anggota Komite I Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Nono Sampono mengatakan bahwa saat ini penting bagi TNI untuk memiliki Satuan Anti-Teror guna melindungi warga negara Indonesia yang terdapat di luar negeri.
"Kasus penyenderaan Woyla di Bangkok kemudian Somalia dan saat ini di Moro, Filipina, menggambarkan betapa pentingnya TNI memiliki Satuan Anti-Teror yang kelasnya berada di atas yang lain. Mengingat besarnya skala operasinya, kualitas musuh yang dihadapi, tantangan medan, dan demi menjaga martabat serta kedaulatan NKRI," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu (10/4/2016).
Nono menyampaikan bahwa perekrutan anggota TNI Satuan Anti-Teror harus dilaksanakan secara selektif sehingga bisa didapatkan personel terbaik.
"(Proses seleksi) melalui proses pendidikan dan pelatihan yang khusus baik di dalam negeri maupun di luar negeri," lanjutnya.
Lebih jauh, mantan Kepala Badan SAR Nasional ini juga mengingatkan martabat negara sedang dipertaruhkan sehubungan dengan bagaimana menangani peristiwa penyanderaan 10 warga negara Indonesia oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina.
"Kita berharap agar penanganan terhadap 10 warga negara kita yang sedang disandera di Filipina bisa diselamatkan baik melalui negosiasi atau operasi militer," tuturnya.
Terkait permintaan uang tebusan Rp15 miliar, ia meminta pemerintah untuk memperhatikan unsur martabat negara Filipina dan Indonesia yang sangat dipertaruhkan. Meski demikian, ia tidak menampik bahwa keselamatan jiwa 10 WNI yang disandera juga mesti diutamakan.
"Saya berharap pemerintah Filipina mau membuka akses kepada Indonesia untuk terlibat bersama-sama menyelesaikan permasalahan penyanderaan ini, baik secara lunak maupun keras," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement