AS Mulai Ditinggalkan, Harga Emas Ikuti Memanasnya Gejolak Perang Ekonomi Trump-Xi

Harga logam mulia kompak melonjak tajam menyusul harga emas yang terus mencetak rekor tertinggi dalam perdagangan di Jumat (11/4). Investor tengah berbondong-bondong membeli aset lindung nilai menyusul konflik dagang dari China-Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Reuters, Senin (14/4), berikut ini adalah catatan pergerakan harga dari sejumlah komoditas utama logam mulia global. Semua harga komoditas terkait tercatat naik signifikan:
- Emas spot: Naik hampir 2% menjadi US$3.235,89 per ounce.
- Emas berjangka AS: Melonjak 2,1% ke US$3.244,60 per ounce.
- Perak spot: Melonjak 3,2% ke US$32,18 per ounce.
- Palladium: naik 0,7% menjadi US$914,87 per ounce.
- Platinum: Melemah tipis 0,2% ke US$936,36 per ounce.
Analis Komoditas WisdomTree, Nitesh Shah menyebut bahwa lonjakan harga emas terjadi setelah adanya pengumuman kenaikan tarif atas impor dari AS. China diketahui menaikkan tarif untuk negara tersebut menjadi 125%. Hal ini meningkatkan eskalasi dalam konfrontasi dagang yang terus berlanjut dari China-AS.
“Emas jelas dipandang sebagai aset safe haven pilihan investor di tengah dunia yang diguncang oleh perang dagang akibat tarif dari Trump,” kata Shah.
Dalam waktu yang sama, dolar juga melemah terhadap mata uang utama lain. Hal tersebut membuat emas yang dihargai dalam dolar menjadi lebih menarik bagi investor global.
“AS mengalami tekanan, Kepercayaan terhadap mereka sebagai mitra dagang yang andal telah menurun, dolar melemah, dan obligasi negara dijual besar-besaran,” jelas Shah.
Kenaikan harga emas juga didorong oleh kombinasi faktor lain, termasuk pembelian emas oleh bank sentral, geopolitik hingga ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) di AS.
Para pelaku pasar kini memperkirakan pemangkasan suku bunga akan dimulai pada bulan dari Juni. Investor juga memproyeksikan penurunan sebesar 90 basis poin hingga akhir 2025.
AS juga menjadi sorotan usai data ekonomi terbaru menunjukkan harga produsen secara tak terduga turun 0,4% di Maret 2025. Namun para analis memperkirakan bahwa tarif impor yang tinggi akan memicu inflasi dalam beberapa bulan ke depan.
Baca Juga: Meski Dihadiahi Tarif Balasan, Trump Optimis Capai Kesepakatan Dagang dengan China
Emas sebagai aset tanpa imbal hasil yang sering digunakan sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian dan inflasi, diperkirakan akan terus diuntungkan dalam lingkungan suku bunga rendah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement