Havana – Presiden Kuba Raul Castro menyatakan tidak akan buru-buru membawa negaranya menjadi kapitalis, walaupun sudah berdamai dengan AS, setelah kunjungan Presiden AS Obama bulan lalu ke Havana, ibukota Kuba. Inilah kunjungan pertama seorang Presiden AS sejak puluhan tahun yang lalu untuk mengakhiri perang dingin AS-Kuba.
Ketika membuka Kongres Partai Komunis, partai politik tunggal di Kuba, Castro bersumpah tidak akan cepat-cepat melakukan privatisasi. Dia mengatakan tak akan melakukan “shock therapy” dalam membenahi perekonomian Kuba yang tengah sekarat akibat memakai gaya Uni Sovyet, walaupun Rusia dan China sudah berubah secara de facto menjadi kapitalis.
“Kuba tidak akan pernah mengizinkan shock therapy yang ujung-ujungnya akan merugikan kelas bawah,” ujar Castro, dalam pidato panjangnya, sebagaimana dikutip AFP. Kongres ini berlangsung setiap 5 tahun dan akan berlangsung beberapa hari.
Sebenarnya beberapa perusahaan besar asal AS – termasuk hotel dan telco – sudah menjalin kerjasama dengan Kuba. Sayangnya, harapan masyarakat internasional untuk melihat Kuba menjadi kapitalis tampaknya masih harus menunggu waktu. Raul Castro, --yang mengambil alih kekuasaan secara damai tahun 2008 dari kakaknya yang sakit, Fidel Castro – tampaknya masih berhitung dampak politisnya kalau dia bergerak terlalu ekstrim.
“Formula Neolib yang akan mempercepat privatisasi asset negara dan pelayanan social seperti edukasi, kesehatan, dan jaminan sosial, tidak akan terjadi dalam system sosialis Kuba,” ujar Castro.
Castro, 84, masih akan mempertahankan pola ekonominya yang bergerak lambat, walaupun sudah membuka jalan bagi perusahaan swasta dan masuknya investasi asing. “Perusahaan swasta akan masuk terbatas dan menjadi pelengkap system ekonomi Kuba,” ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhamad Ihsan
Tag Terkait:
Advertisement