WE Online, Lebak - Komoditi kakao hasil perkebunan rakyat di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten diminati pasar domestik karena kualitasnya cukup bagus dengan memiliki kadar air antara enam sampai tujuh persen.
"Kami setiap panen kakao mampu memenuhi permintaan pasar domestik, seperti Tangerang, Jakarta dan Bandung," kata Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Dishutbun) Kabupaten Lebak, Kosim Ansori di Rangkasbitung, Selasa (2/5/2016).
Pemerintah daerah terus mengembangkan perkebunan kakao guna meningkatkan produksi dan produktivitas coklat juga mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Selama ini, permintaan kakao cenderung meningkat, namun produksi relatif terbatas.
Karena itu, pemerintah daerah mengembangkan perkebunan kakao dengan menyalurkan bantuan benih berkualitas seluas 100 hektare.
Pengembangan perkebunan kakao itu di antaranya di Kecamatan Gunungkencana, Bojongmanik, Cirinten, Leuwidamar, Panggarangan, Malingping dan Muncang.
Sebab, di daerah itu sebagai sentra penghasil kakao di Kabupaten Lebak.
"Kami mendorong agar ke depan Lebak sebagai sentra penghasil kakao dengan kualitas bagus,sehingga dapat memenuhi permintaan pasar domestik," ujarnya.
Menurut dia, saat ini harga kakao di tingkat penampung cukup bagus hingga menembus Rp35.000/kilogram,padahal sebelumnya Rp30.000/Kg.
Kenaikan harga kakao itu karena permintaan pasar meningkat sehingga dapat mendorong pendapatan ekonomi petani.
Saat ini, jumlah areal perkebunan kakao milik rakyat tercatat 5.000 hektar dengan produksi 6.200 ton/tahun.
Perluasan perkebunan coklat melalui bantuan benih itu diharapkan pendapatan ekonomi masyarakat karena harga di pasaran cukup tinggi.
"Kami meminta petani terus mengembangkan perkebunan kakao secara swadaya karena cukup menjanjikan untuk kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Ia menjelaskan produksi kakao Lebak termasuk terbaik di Tanah Air karena memiliki kadar air antara enam sampai tujuh persen.
Oleh karena itu, kata dia, beberapa perusahaan di Jakarta, Tangerang, dan Bandung menampung kakao dari Lebak dengan harga Rp33 ribu/kg sampai Rp35 ribu/kg.
"Kami juga menjalin kerja sama dengan perusahaan luar daerah untuk memudahkan pemasaran kakao," katanya.
Mahmud, seorang petani warga Cirinten Kabupaten Lebak mengaku dirinya merasa terbantu melalui program bantuan benih kakao berkualitas untuk memperluas perkebunan coklat di wilayahnya.
"Kami bersama petani di sini relatif bagus penghasilan panen kakao karena harganya di pasaran relatif baik," katanya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement