WE Online, Jakarta - Produktivitas tenaga kerja Indonesia telah secara substansial mengalami peningkatan yang baik dalam 15 tahun terakhir, menurut laporan terbaru Economic Insight: South East Asia oleh ICAEW.
ICAEW Economic Advisor & Oxford Economics Leads Economist Prinyanka Kishore mengatakan produktivitas pekerja Indonesia berkembang pesat hingga menempati posisi kedua terbesar di ASEAN setelah Vietnam. Ia mengatakan pergesaran sektoral menyumbang peningkatan sebesar 1,1% dan seiring dengan Filipina, tingkat "produktivitas murni" Indonesia meningkat sampai 2,7%.
"Tenaga kerja ASEAN secara keseluruhan mempunyai rekor perkembangan yang mengesankan dengan pertumbuhkan produktivitas sebesar 3% per tahun antara 2000 dan 2015. Perkembangan ini melebihi laju perkembangan per tahun Amerika Latin 2% dan Afrika 1,44%. Pergeseran sektoral, urbanisasi, dan meningkatnya tenaga kerja pada grup usia prima (25 ? 54), telah menjadi faktor pendorong utama tumbuhnya produktivitas di seluruh daerah ASEAN, dengan pengecualian Singapura," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (9/6/2016).
Prinyanka menyebutkan produktivitas Indonesia tumbuh mengesankan sebesar 3,8% dalam 15 tahun terakhir dan akan berkembang hingga 3,9% dalam lima tahun ke depan.
"Hanya dengan 2% tenaga kerja yang bekerja di sektor industri utama dibandingkan Malaysia dengan 10% tenaga kerja, Indonesia mempunyai peluang besar untuk meningkatkan produktivitas dengan membuka kesempatan bagi tenaga kerjanya untuk beralih ke sektor-sektor industri utama tersebut," ujarnya.
Tingginya jumlah tabungan rumah tangga, imbuhnya, juga dapat disebut sebagai salah satu kontribusi meningkatnya produktivitas Indonesia sehubungan dengan pergeseran sektoral tidak dapat terjadi tanpa pasokan keuangan stabil untuk diinvestasi pada modal fisik maupun modal manusia.
"Walau foreign direct investments (FDI) mempunyai peran penting dalam memajukan ekonomi ASEAN, sebagian besar permodalan investasi bisnis datang dari tabungan domestik dan pinjaman, terutama untuk usaha kecil dan menengah (UKM) yang banyak membuka lowongan pekerjaan. Hal ini cukup menjelaskan alasan di balik produktivitas ASEAN yang terus meningkat pesat dibanding dengan kawasan pendapatan tengah," paparnya.
Disampaikan, nilai rupiah juga tumbuh menguat pada tahun ini dibandingkan dengan mata uang negara Asia lainnya. Bunga obligasi juga telah turun secara signifikan dan tren pasar saham terus meningkat.
"Namun, pertumbuhan produktivitas Indonesia masih tertahan oleh faktor eksternal, khususnya, dengan menurunnya jumlah potensi mitra dagang utama Indonesia dan harga komoditas yang semakin rendah," sebutnya.
Sementara itu, Regional Director ICAEW Asia Tenggara Mark Billington?mengatakan pelatihan, pengembangan, dan peningkatan keterampilan tenaga harus lanjut menjadi peran penting apabila Indonesia ingin mempertahankan lintas perkembangannya, meningkatkan tingkat produktivitas murni, dan lebih banyak memperkerjakan tenaga di sektor industri utama.
"Dengan ekonomi yang semakin liberal dan banyaknya sektor industri yang mulai terbuka dengan kepemilikan asing, Indonesia memerlukan tenaga kerja yang lebih terampil dan kini sudah mulai bergerak mendekati standar global dalam hal pengetahuan teknis, keterampilan bisnis, dan inovasi," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo