Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        OJK: Indikator Likuiditas Perbankan Masih Terjaga

        OJK: Indikator Likuiditas Perbankan Masih Terjaga Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Rapat Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan menilai likuiditas sektor jasa keuangan, termasuk sektor perbankan masih memadai, meskipun tekanan eksternal perlu dicermati menyusul keyakinan akan naiknya suku bunga The Federal Reserve Amerika Serikat pada Desember 2016.

        Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman Hadad mengatakan "Indikator likuiditas perbankan dalam kondisi memadai (akhir Oktober 2016), bahkan meningkat jika dibandingkan bulan sebelumnya," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (10/11/2016).

        OJK menyatakan kapasitas industri jasa keuangan juga memadai. Sektor perbankan, sebagai salah satu sektor keuangan terbesar dalam sisi aset, memiliki rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) pada akhir September 2016 yang sebesar 22,6 persen.

        Pada industri asuransi, "Risk-Based Capital" (RBC), ujarnya, berada di atas ketentuan yang berlaku, yakni asuransi jiwa sebesar 531 persen dan asuransi umum 269 persen. Di pasar modal, penyerapan dana juga meningkat. Total aksi korporasi melalui penawaran saham perdana (IPO), penerbitan saham baru (rights issue) dan penerbitan obligasi korporasi menyerap RP148,6 triliiun dengan yang masih rencana penawaran umum (pipeline) sebesar Rp53,4 triliun.

        "Jumlah penghimpunan itu meingkat, karena rata-rata penghimpunan dana lima tahun terakhir hanya sebesar Rp102,5 triliun," ujarnya.

        Otoritas juga mendeteksi risiko melunak, setelah rasio kredit bermasalah industri keuangan turun pada September 2016 menjadi 3,10 persen (gross) dari 3,22 persen pada Agustus 2016. Meskipun, kualitas kredit membaik, penyaluran kredit diakui OJK masih melambat. Hal tersebut dipicu terus melambatnya kredit berdenominasi valuta asing (valas) yang diduga terimbas masih lambatnya pertumbuhan ekonomi global.

        "Pertumbuhan kredit perbankan per September 2016 tercatat sebesar 6,47 persen (yoy) atau turun dari pertumbuhan kredit pada Agustus 2016 di level 6,83 persen. Pelemahan pertumbuhan kredit tersebut terutama didorong oleh kontraksi kredit dalam valuta asing sebesar 12,9 persen (yoy) yang sejalan dengan kinerja eksternal yang masih dalam tren menurun. Kredit Rupiah masih tumbuh cukup baik di level 10,5 persen," katanya.

        Sedangkan untuk pasar saham, OJK melihat ada kecenderungan aksi jual (net sell) nonresiden menyusul ekseptasi kenaikan suku bunga The Federal Reserve pada Desember 2016. Pada Oktober 2016, pasar saham domestik baru menguat sebesar 1,1 persen, yang didorong sektor pertambangan. Secara tahun berjalan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sebesar 18,1 persen.

        "Menguatnya ekspektasi kenaikan bunga The Fed pada akhir tahun juga berimbas di pasar Surat Berharga Negara yang cenderung melemah. Rata-rata imbal hasil jangka pendek, menengah, dan panjang naik masing-masing sebesar 13 basis poin (bps), 20 (bps), dan 27 (bps)," kata dia. (Ant).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Leli Nurhidayah

        Bagikan Artikel: