Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Retorika Politik Trump Pengaruhi Perekonomian Dunia

        Retorika Politik Trump Pengaruhi Perekonomian Dunia Kredit Foto: Reuters/Carlos Barria
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan retorika politik yang diutarakan Presiden AS terpilih Donald Trump akan mempengaruhi perekonomian dunia, sehingga akan menjadi perhatian khusus bagi pemerintah.

        "Retorika politik dari presiden terpilih berpotensi mempengaruhi perekonomian dunia terutama kebijakan perdagangan internasional," kata Sri Mulyani dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (10/11/2016).

        Sri Mulyani mengatakan retorika politik Trump terkait kebijakan proteksionisme akan mempengaruhi hubungan dagang antara AS dengan Tiongkok. Situasi itu secara tidak langsung berpengaruh ke Indonesia, yang mitra dagang utamanya adalah Tiongkok.

        "Suka tidak suka,AS adalah pangsa pasar terbesar ekonomi dunia. Perdagangan dan investasi AS dengan Tiongkok bisa mempengaruhi keseluruhan dunia, termasuk Indonesia. Ini kami pantau pengaruh langsung dan tidak langsungnya," katanya.

        Selain itu, perkembangan terkini juga bisa membuat The Fed (Bank Sentral AS) kembali mempertimbangkan ulang untuk menyesuaikan suku bunga acuan, yang pada proyeksi awal sebelum pemilihan presiden AS, dilakukan sekali pada Desember 2016.

        "Kami akan pantau dan membuat 'policy' agar Indonesia tidak rawan dalam situasi perkembangan pasar di AS yang berimbas kepada pasar di Asia maupun Eropa," ujar Sri Mulyani.

        BI Sementara itu,Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo juga mengatakan pihaknya akan menjaga stabilitas ekonomi makro dan memastikan ketersediaan likuiditas dalam menyikapi perkembangan global terbaru usai pemilihan Presiden AS.

        Untuk itu, Agus ikut memantau janji politik Trump yang ingin memangkas pajak serta menerapkan kebijakan proteksionisme, karena kondisi itu tidak realistis dengan situasi perekonomian di masa modern dan berpotensi menimbulkan kegaduhan.

        "Terdapat pemotongan pajak baik korporasi maupun individu dan penambahan infrastruktur yang bisa membuat defisit semakin besar. Kalau ada proteksionisme, maka mungkin ada negosiasi NAFTA dan TPP tidak diteruskan, sehingga negara berkembang akan mendapatkan tekanan," katanya. (Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Sucipto

        Bagikan Artikel: