Bank Indonesia (BI) menilai semakin kencangnya dugaan kenaikan suku bunga bank sentral AS Fed Fund Rate (FFR) telah menyebabkan capital outflow atau dana keluar dari Indonesia.
Namun menurut Gubernur BI Agus Martowardojo, hal ini sebagai suatu yang wajar karena menjelang akhir tahun investor ada yang mengunci keuntungan, dengan take profit dan melakukan outflow dengan menjual SBN, dan investasi di pasar modal.
"Terjadi outflow di minggu pertama November dan ini bagian dari suatu yang wajar dan kita telah melakukan stabilisasi," kata Agus di Gedung BI Jakarta, Kamis (17/11/2016).
Di lokasi yang sama, Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, secara khusus bank sentral akan memfokuskan untuk terus memperhatikan pada kebijakan pemerintahan baru AS. Seperti kebijakan fiskal dan arah suku bunga Fed Fund Rate yang diperkirakan masih penuh ketidakpastian.
"Mudah-mudahan Desember ada arah kebijakan itu (FFR), sehingga dengan kepastian itu bisa kita pastikan arah kebijakannya," ungkap Perry.
Selain itu, meskipun ekspor impor Indonesia hanya 10 persen ke AS, namun kebijakan ekspor impor AS yang proteksionis akan berdampak pada Tiongkok, yang secara tidak langsung juga berimbas kepada Indonesia.
"Namun kondisi dalam negeri bagus. Sebagai sifat kehati-hatian kita, kita ingin prudent maka kita tahan suku bunga BI 7 Day Repo Rate," tambah Perry.
Perry menegaskan, BI akan terus memperkuat koordinasi kebijakan bersama Pemerintah untuk menjaga kecukupan likuiditas, memperkuat stimulus pertumbuhan, dan memastikan pelaksanaan reformasi struktural berjalan dengan baik, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: