Berbagai kebutuhan sehari-hari masyarakat perbatasan antarnegara khususnya di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, hingga kini masih dipasok dari Malaysia.
Ketua Tim Pengawas Pembangunan Perbatasan DPR RI Fahri Hamzah, Jumat (25/11/2016) pagi, menelusuri wilayah Nunukan dan melihat aktivitas ekonomi masyarakat perbatasan serta pembangunan infrastruktur jalan serta jembatan.
Fahri didampingi Anggota timwas, yaitu Arteria Dahlan (PDIP), Agung Widyantoro (Golkar), Hetifah Syaifudian (Golkar) dan Alvin Hakim Toha (PKB). Tim memantau dan mengamati aktivitas warga di Pasar Mansalong serta pusat perdagangan masyarakat.
Pasar Mansalong dibangun Pemerintah Indonesia dan mulai beroperasi awal 2016. Di pasar tradisional ini berbagai kebutuhan pokok masyarakat diperjualbelikan.
Namun banyak kebutuhan pokok dipasok dari wilayah Malaysia. Seperti minyak goreng, gula pasir dan beras. Hal itu karena harganya lebih murah dibanding mendatangkan dari wilayah sentra produksi pangan di Indonesia yang membutuhkan biaya transportasi lebih mahal.
Timwas tercengang melihat banyaknya pasokan bahan pokok dari Malaysia. Bahkan ayam dari Malaysia yang disebut warga setempat sebagai ayam merah pun mendominasi Pasar Mansalong.
Ayam merah merupakan ayam potong yang badannya lebih besar. Bulunya umumnya berwarna kemerahan. Ada jengger berwarna merah.
Harga per ekor Rp50 ribu. Sedangkan ayam kampung masyarakat Nunukan jarang ada di pasar ini.
Beberapa warga mengemukakan, kalau membutuhkan ayam kampung harus mencarinya sendiri di kampung-kampung di daerah itu. Menurut penjelasan pedagang ayam di Pasar Mansalong, harga jual-beli ayam kampung per kilogram dengan harga Rp50-Rp60 ribu.
Gas elpiji juga banyak dipasok dari Malaysia dengan ukuran tabungnya 16 kilogram. Warga harus ke Malinau bila ingin mendapatkan pasokan gas ukuran 12 atau tiga kilogram produksi Pertamina.
Namun pedagang mengaku untuk pasokan beras lebih banyak dari Malinau dan Tarakan. Tetapi kalau persediaan menipis, para pedagang dan agen mencarinya ke "tetangga sebelah".
Warga juga memanfaatkan pasar ini untuk menjual sayuran, buah-buahan seperti pisang dan mangga. Namun ada juga sayuran yang sudah dikemas dan dipasok dari Tawao (Malaysia).
Dalam pertemuan dengan tokoh masyarakat dan jajaran Pemerintah Kabupaten Nunukan, Fahri Hamzah menilai "tetangga sebelah" lebih agresif menggarap wilayah perbatasan. Melalui pasokan kebutuhan pokok, bahasa dan telekomunikasi yang lebih mudah diakses, menjadi "godaan" terberat bagi warga setempat.
Kepada Tim DPR, beberapa warga secara terus-terang mengemukakan, "dada kami garuda, namun perut kami di sebelah".
Pernyataan-pernyataan seperti itu harus mendapat perhatian serius pemerintah dan DPR. "Jangan sampai 'iman kebangsaan' warga kita di perbatasan tergerus karena kita sendiri kurang serius dan fokus mengurus mereka. Jangan sampai kita menyesal selamanya," kata Fahri. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: