Kredit Foto: Reuters/Jonathan Ernst
Ratusan warga Amerika Serikat keturunan Yaman di Kota New York pemiliki bodega, toko bahan pangan dan restoran, tutup berjam-jam pada Kamis (2/2/2017), untuk menentang kebijakan imigrasi President Donald Trump, kata penyelenggara.
Bodega, yang dalam bahasa Spanyol berarti toko minuman beralkohol, terutama anggur, adalah bahasa tidak resmi Kota New York untuk toko kecil menjual segala sesuatu, mulai dari makanan hingga surat kabar atau toko kelontong.
Pengunjung setia, yang bergantung pada toko itu untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok sehari-hari, harus mencari makan siang di tempat lain setelah lebih dari 1.000 tempat menutup pintu mereka sejak siang hingga pukul 20.00 dalam gerakan digalang sejumlah kelompok, termasuk jaringan masyarakat Muslim dan Masyarakat Amerika-Yaman.
"Kami ingin mengirimkan pesan bahwa kami ada di sini," kata Sulaiman Alaodyi, kasir berusia 24 tahun, di toko kelontong Best and Tasty di pinggiran Bronx, yang biasanya buka sekitar waktu tersebut. Itu pertama kali ia menutup pintu sejak memulai usaha tersebut sembilan bulan lalu.
Protes itu dilakukan pasca-keputusan presiden Trump, yang memberlakukan larangan masuk ke AS selama empat bulan pada pengungsi dan untuk sementara pada wisatawan dari Yaman, Suriah, Iran, Irak, Libya, Sudan dan Somalia.
Perintah itu, yang sedang ditentang di pengadilan AS, menyebabkan sejumlah wisatawan terdampar dan beberapa yang lain ditahan di bandara kedatangan. Kejadian itu memicu kemarahan dan kekecewaan dari imigran, pengungsi dan para pendukungnya.
Banyak pemilik toko dan pekerja yang menutup toko akan turut serta dalam aksi dan mengadakan doa bersama di luar Brooklyn Borough Hall.
"Kami akan pergi keluar dan mendukung semua saudara laki-laki dan saudara perempuan kami yang ditahan di bandara dan di negara-negara lain yang tidak bisa kembali," kata Alaodyi, "Hal ini tidak adil." Kota New York merupakan rumah bagi banyak imigran dari Yaman, negara dengan penduduk sekitar 24 juta di Jazirah Arab. Banyak dari mereka yang tinggal di Brooklyn, tetapi beberapa di antaranya tinggal di Manhattan, Queens, dan Bronx.
Golden Deli, bodega milik keturunan Yaman di Manhattan, dipenuhi dengan pelanggan yang mengambil makan siang lebih awal sebelum ditutup. Nermin Radoncic, 22, terlihat pergi meninggalkan tempat itu tak lama setelah pekerja menutup jendela pada siang hari.
Radoncic, yang tinggal di tak jauh dari tempat itu namun pindah ke Queens, telah kecewa karena tidak bisa membeli sebuah pastrami dan sandwich Swiss pada hari terakhirnya di lingkungan itu. Tetapi ia mengatakan ia mendukung protes tersebut.
Menurut dia, di tempat itu terdapat "sandwich" sangat enak. "Itu seperti deli terbaik di sini," katanya dengan memaki Trump. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: