Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menkeu: Kita Harus Perkuat Ekonomi Domestik Hadapi Risiko Global

        Menkeu: Kita Harus Perkuat Ekonomi Domestik Hadapi Risiko Global Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai penguatan ekonomi domestik mutlak diperlukan sebagai antisipasi untuk menghadapi ketidakpastian global yang terjadi sepanjang 2017.

        "Melihat kondisi yang terjadi di luar dan untuk mengantisipasi yang dilakukan negara-negara maju, kita perlu memperkuat ekonomi domestik kita," kata Sri Mulyani di Jakarta, Jumat (3/2/2017).

        Adapun cara yang dapat dilakukan menurut Sri Mulyani adalah dengan meningkatkan kinerja investasi agar bisa memberikan kontribusi yang optimal terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

        "Dari sumber pertumbuhan ekonomi, kita akan mengembalikan dan mendorong investasi agar semakin berimbang dengan pertumbuhan dari sisi konsumsi. Apalagi 'growth' investasi masih mengalami tekanan tinggi," katanya.

        Ia mengakui kinerja investasi masih melambat di 2016 khususnya pada kuartal III, namun berbagai upaya harus dilakukan agar sektor ini kembali tumbuh tinggi, termasuk dengan melibatkan BUMN maupun swasta.

        "Kita berharap, prospek pertumbuhan yang mendukung investasi seperti perbankan, 'capital market', BUMN maupun pemerintah bisa diperkuat dan ditingkatkan, sehingga menciptakan daya tahan dari ketidakpastian negara lain," paparnya.

        Senada dengan Sri Mulyani, Gubernur BI Agus Martowardojo berpendapat, kondisi dalam negeri kita harus kekola dengan baik dalam menghadapi berbagai risiko eksternal.

        Risiko dari faktor eksternal antara lain pemulihan ekonomi dunia yang belum solid serta dinamika pasar keuangan global yang dipengaruhi ketidakpastian arah kebijakan yang akan ditempuh Amerika Serikat.

        Rencana kenaikan Fed Fund Rate berpotensi menimbulkan tekanan terhadap arus modal dan nilai tukar. Selain itu, proses penyeimbangan ekonomi di Tiongkok, juga dapat menimbulkan tambahan tekanan dan risiko.

        "Bu menteri jaga kelola fiskal dengan baik. Maka secara umum kebijakan moneter kita akomodatif. Kalau sebelumbnya bias longgar ya sekarang hati-hati longgar," tukas Agus.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: