Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengumumkan neraca pembayaran Indonesia (NPI) sepanjang 2016 berbalik menjadi surplus 12 miliar dolar AS. Padahal sebelumnya pada 2015 NPI sempat defisit 1,1 miliar dolar AS.
"(Hal ini) didukung kuatnya dana dari neraca transaksi modal dan finansial," kata Agus dalam acara Mandiri Investment Forum 2017 di Jakarta, Rabu (8/2/2017).
Menurutnya, tren berlanjutnya surplus neraca perdagangan dan dana repatriasi amnesti pajak menjadi beberapa faktor penyumbang surplus NPI. Untuk neraca transaksi berjalan, yang merekam transaksi perdagangan dan jasa, kata Agus, pada kuartal IV 2016 telah mencetak rekor penurunan drastis yakni menjadi defisit 0,8 persen dari produk domestik bruto. Jika diakumulasikan sepanjang 2016, defisit transaksi berjalan sebesar 1,8 persen dari PDB.
"Kuartal IV defisit transaksi berjalan mencatat rekor karena turun ke 0,8 persen. Jadi sepanjang tahun 1,8 persen dari PDB," ujarnya.
Dalam paparannya di forum investasi tersebut, Agus menjelaskan Indonesia pada 2017 akan memasuki fase pemulihan ekonomi setelah pada 2016 masih dibayangi pelemahan ekonomi karena ketidakpastian ekonomi global.
Agus mengatakan faktor yang akan menopang pemulihan ekonomi adalah perbaikan harga komoditas, menggeliatnya investasi swasta, dan perbaikan kinerja korporasi BUMN dan swasta.
"Namun, masih terdapat beberapa tekanan global dan domestik yang perlu dicermati seperti ketidakpastian dari kebijakan The Federal Reserve Amerika Serikat serta dinamika politik negara-negara maju, serta tekanan inflasi dari dalam negeri," ucapnya.
Neraca pembayaran Indonesia (NPI) merupakan indikator kegiatan transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan penduduk mancanegara. Transaksi NPI merekam data-data transaksi berjalan, transaksi modal, dan transaksi finansial masyarakat Indonesia. Secara lengkap, BI akan mengumumkan posisi NPI per akhir 2016 pada Jumat (10/2/2017).
Sebagai gambaran, neraca pembayaran hanya tercatat defisit pada kuartal I-2016, yakni sebesar 300 juta dolar AS. Lubang defisit itu dikarenakan imbas negatif yang sangat besar dari perlambatan ekonomi global di 2015. Di kuartal II-2016 neraca pembayaran telah surplus sebesar 2,2 miliar dolar AS dan selanjutnya pada kuartal III-2016, neraca pembayaran berlebih 5,5 miliar dolar AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: