Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf mengingatkan pemerintah agar tidak membuka opsi impor di tengah fluktuasi harga cabai. Toh, kenaikan harga cabai hanya terjadi temporer, seperti tatkala puncak musim hujan. Ia menyebut harga cabai sebenarnya dapat dikendalikan dengan cara mengatur pola tanam para petani dan membenahi rantai pasok komoditas tersebut.
"KPPU tegas menolak bila pemerintah akan melakukan impor cabai. Pokoknya, kami meminta agar impor jangan dilakukan untuk menstabilkan harga cabai karena masih ada cara lain yakni dengan membenahi penanganannya di hulu dan hilir," kata Syarkawi seusai membuka Sosialisasi Pengawasan dan Perjanjian Kemitraan yang Sehat untuk UMKM yang Kuat dan Berdaya Saing Tinggi, di Kota Makassar, Senin (20/2/2017).
Harga cabai di sejumlah daerah di Indonesia memang sangat fluktuatif dalam dua bulan terakhir. Khusus di Makassar, harga cabai berkisar Rp90 ribu hingga Rp140 ribu per kilogram. Di daerah lain, tercatat harga cabai bahkan pernah menembus Rp200 ribu per kilogram. Namun, ada pula beberapa daerah di Indonesia yang mematok harga cabai tidak lebih dari Rp50 ribu per kilogram.
Syarkawi menjelaskan untuk menstabilkan harga cabai terdapat tiga solusi yang bisa ditempuh pemerintah. Pertama, pemerintah mesti mendorong petani untuk mengatur pola tanam cabai. Petani diimbaunya untuk tidak latah menanam cabai ketika harganya tengah melambung. Perilaku seperti itulah, lanjut dia, yang membuat harga cabai tidak menentu. Pasalnya, saat pasokan cabai melimpah, harganya menjadi terjun bebas.
Solusi kedua, Syarkawi mengimbuhkan margin harga di tiap rantai tingkatan rantai pasok mesti diatur. Selain itu, rantai pasok juga mesti dipangkas dan tidak boleh terlalu panjang karena akan merugikan konsumen. Musababnya, biaya distribusi tersebut akan dibebankan kepada konsumen.
"Rantai pasok harus diatur agar harga di pasar bisa terkendali," ujar alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas) itu.
Menurut Syarkawi, solusi ketiga yakni mengampanyekan pola konsumsi cabai ke tengah masyarakat. Diimbaunya, masyarakat mengonsumsi cabai olahan sehingga penggunaan cabai segar tidaklah begitu besar.
"Pola konsumsi cabai di masyarakat kita yakni selalu mau makan cabai segar yang dipotong-potong. Masih kurang yang masuk ke industri untuk olahan cabai," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo