Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        BI Proyeksikan FFR Naik Tiga Kali Lagi di 2018

        BI Proyeksikan FFR Naik Tiga Kali Lagi di 2018 Kredit Foto: Fajar Sulaiman
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bank Indonesia (BI) menilai bank sentral AS atau The Fed?akan menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali pada tahun ini dari sebelumnya sebanyak dua kali.

        Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan semula memang konsensus/kesepakatannya naik dua kali, kemudian sekarang konsensusnya naik tiga kali. Hal itu pun sudah dikomunikasikan The Fed beberapa waktu lalu sehingga terbentuk konsensus baru untuk menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali.

        "Jadi pada waktu dari awal Maret atau akhir Februari sudah terbentuk proses adjustment di pasar untuk pesan dari The Fed naiknya akan tiga kali," ujar Mirza di Jakarta, Jumat (17/3/2017).

        Bahkan, menurut Mirza, The Fed tidak akan berhenti menaikkan suku bunganya di tahun. Dia menilai The Fed akan terus melanjutkan kenaikan suku bunganya hingga tahun depan.

        "Kita harus terus mencermati kondisi eksternal karena kondisi eksternal itu satu ada masalah The Fed. Dia akan terus naikkan bunga, ini kan enggak?stop. Tahun depan bisa tiga kali lagi. Kemungkinan besar tiga kali tahun ini dan tiga kali tahun depan," jelas Mirza.

        Oleh karena itu, pihaknya terus memonitor situasi tersebut. Selain itu, lanjut Mirza, pihaknya juga terus fokus menjaga inflasi agar suku bunga di Indonesia tidak ikut naik.

        "Makanya kalau baca release BI cermati kondisi eksternal dan dalam negeri," tuturnya.

        Dia mengatakan salah satu upaya BI menjaga inflasi tahun ini ialah dengan mengendalikan inflasi komponen harga pangan bergejolak (volatile food). Hal ini dilakukan guna mengurangi tekanan inflasi kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) karena penyesuaian tarif listrik 900VA dan BBM.

        "Yang penting adalah kalau memang administered price itu akan meningkat inflasinya maka harus bisa dikompensir oleh penurunan inflasi dari volatile food. Itu kan kita bicara tentang harga ayam, harga cabai, harga bawang, harga daging, harga beras, dan berbagai macam volatile food yang lain," pungkas Mirza.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: