Menteri Pariwisata Arief Yahya mendorong penerapan teknologi untuk menambah "slot" penerbangan dalam rangka menggenjot jumlah wisatawan mancanegara yang ditargetkan tahun ini 15 juta wisman.
Arief dalam kunjungan kerja ke Kantor Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI/Airnav Indonesia) di Tengerang, Jumat (7/6/2017), mengatakan slot penerbangan menjadi sangat penting dalam meningkatkan lintas penerbangan, terutama penerbangan internasional.
Dengan slot yang terbatas, lanjut dia, akan menghambat penerbangan ke Indonesia baik dari maskapai domestik maupun internasional, padahal masih kurang dua juta kursi pesawat untuk mengangkut wisman dalam mencapai target tersebut.
"Kita harus berani melakukan transformasi bisnis, salah satunya dengan teknologi," ucanya.
Arif mencontohkan apabila ditambah dua pergerakan pesawat, potensi pendapatan bisa mencapai Rp250 miliar per tahun, sementara dari sisi Kemenpar bisa menambah saru juta hingga 1,5 juta wisman.
"Dengan asumsi satu orang pengeluarannya 1.000 dolar AS, dikali satu juta, maka devisa kita bisa Rp13 triliun setahun," ujarnya.
Menurut dia, penerapan teknologi untuk menambah ketersediaa slot tersebut, sangat mudah dan tidak membutuhkan investasi besar serta waktu yang panjang tidak seperti membangun infrastruktur keras (hard infrastruktur), seperti pembangunan landasan pacu dan sebagainya.
"Saya contohkan seperti KAI sistem 'e-ticketing' 90 hari sebelum lebaran sudah bisa pesan tiket dan Tanjung Priok untuk menurunkan 'dwelling time', dengan teknologi menggenjot pendapatan sangat cepat," tuturnya.
Namun, dia menilai hal itu perlu diintegrasikan antaroperator, baik itu operator navigasi penerbangan, dalam hal ini LPPNPI/Airnav Indonesia, operator bandara atau PT Angkasa Pura I dan II serta serta Kementerian Perhubungan sebagai regulator.
"Pariwisata itu ekosistem, penerbangan juga ekosistem, kalau tidak diintegrasikan, maka pengambilan keputusan akan sangat lambat, minta slot saja itu berjam-jam, hari bahkan bulan ini aneh sekali, padahal kita membutuhkannya dan masih tersedia," tukasnya.
Karena itu, menurut dia, perlu ada sistem yang memadukan antaroperator agar pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan cepat.
"Sederhananya begini, kapasitas di bandara itu berapa, di Airnav mampu mengendalikan berapa," ujarnya.
Arief menambahkan selain penataan slot, langkah yang harus dilakukan untuk mendukung dalam mendatangkan target 15 juta wisman tahun ini, di antaranya memperpanjang jam operasi bandara, deregulasi dan pemanfaatan teknologi serta sumber daya manusia (SDM).
Dia menuturkan penerbangan, khususnya internasional sangat penting dalam mendongrak jumlah wisman karena 80 persen wisman datang ke Indonesia melalui transportasi udara.
"Slot ini sangat penting, mengapa daya saing kita rendah karena salah satu permasalahannya itu di penerbangan internasional, bagaimana kita bisa menang kalau penerbangan langsung dari India nol dan dari China hanya tiga atau empat penerbangan," tambahnya.
Ia juga mengeluhkan frekuensi penerbangan di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali yang hanya bisa menampung 25 penerbangan per jam, sementara kondisi yang sama yaitu satu landasan pacu di Bandara London Gatwick bisa menampung 55 pergerakan pesawat per jam.
Dalam kesempatan sama, Direktur LPPNPI/Airnav Indonesia Novie Rianto mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan AP I dan II serta Kemenhub untuk mengintegrasikan sistem slot penerbangan di bandara-bandara besar, seperti Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang dan Bandara Ngurah Rai, Denpasar.
"Di Soetta akan kita terapkan manajemen kedatangan dan keberangakatan (arrival and departure management), serta manajemen lalu lintas udara, kemudian AP II juga tengah membangun landasan pacu ketiga dan 'east cross taxiway', maka akan menjadi lancar," tuturnya.
Novie mengatakan pihaknya juga telah bekerja sama dengan National Air Traffic Services (NATS) yang bermarkas di London, untuk optimalisasi slot di Soetta yang saat ini masih 72 pergerakan pesawat per jam, maksimal 72 dan akan ditingkatkan menjadi 86 pergerakan pada 2018, 100 pergerakan pada 2020 dan 110 pergerakan pada 2021.
Untuk di Bandara Internasional Ngurah Rai sendiri, lanjut dia, akan ditingkatkan menjadi 30 dari 27 pergerakan pesawat per jam dan tahun depan menjadi 35 pergerakan.
Dia menambahkan lain halnya apabila Bandara Bali Baru di bagian Utara telah dibangun dengan dua landasan pacu yang diperkirakan bisa menampung 80 sampai 90 pergerakan per jam. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: