Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menperin Gembira Ekspor Naik 19,9 Persen

        Menperin Gembira Ekspor Naik 19,9 Persen Kredit Foto: Boyke P. Siregar
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto gembira karena ekspor non-migas mengalami peningkatan hingga 19,9 persen selama Januari-Maret 2017.

        "Kalau kita lihat kenaikan di kuartal pertama yang menggembirakan adalah kenaikan ekspor. Jadi artinya pasar global sudah agak pulih dan ini akan mendorong produktivitas dari industri," kata Airlangga di Jakarta, Jumat (5/5/2017).

        Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor nonmigas hasil industri pengolahan naik 19,93 persen pada kuartal I-2017 jika dibanding periode yang sama tahun 2016.

        Ekspor nonmigas Maret 2017 terbesar adalah ke China yaitu 1,78 miliar dolar AS, disusul Amerika Serikat 1,51 miliar dolar AS dan Jepang 1,26 miliar dolar AS, dengan kontribusi ketiganya mencapai 34,72 persen.

        Sementara ekspor ke Uni Eropa atau ke 28 negara di Benua Biru itu mencapai 1,46 miliar dolar AS.

        Industri pengolahan mampu memberikan nilai tambah tinggi pada komoditas primer, menyediakan lapangan kerja, mendatangkan devisa dari ekspor dan menghemat devisa ketika memenuhi kebutuhan dalam negeri.

        Airlangga memproyeksikan, industri pengolahan non-migas tumbuh di kisaran 5,2-5,5 persen dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1-5,4 persen pada tahun 2017.

        "Industri menjadi sektor yang memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional," ungkapnya.

        Pada 2016, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap total PDB sebesar 20,51 persen, yang terdiri atas industri pengolahan non-migas sebesar 18,20 persen dan industri pengolahan batubara dan pengilangan migas sebesar 2,31 persen.

        "Nilai tambah yang diciptakan sektor industri tidak hanya berasal dari proses produksi, tetapi juga mencakup seluruh aktivitas jasa yang terkait sampai dengan produk tersebut sampai kepada konsumen," paparnya.

        Untuk itu, kontribusi sektor industri termasuk seluruh jasa-jasa terkait mencapai 31,3 persen pada tahun 2016.

        Airlangga menambahkan, Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan positif, bahkan saat krisis finansial global.

        "Indonesia mencapai peringkat 10 besar negara industri di dunia," ujarnya.

        Capaian tersebut berdasarkan data International Yearbook of Industrial Statistics 2016, industri manufaktur di Indonesia berkontribusi hampir seperempat bagian dari produk domestik bruto nasional. (Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: