PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat pendapatan operasional pada semester pertama 2017 sebesar 1,9 miliar dolar AS atau tumbuh tujuh persen dibandingkan periode sama 2016.
Sementara, jumlah penumpang selama semester pertama 2017 mencapai 17,2 juta penumpang atau tumbuh 3,9 persen dibandingkan periode sama 2016.
"Di tengah tren penurunan kinerja operasional industri penerbangan global, Garuda Indonesia berhasil membukukan pertumbuhan positif kinerja operasional," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury dalam rilis yang diterima di Jakarta, Jumat (28/7/2017).
Menurut dia, pencapaian tersebut tidak lepas dari dukungan penerapan strategi kinerja operasional "5 quick wins" melalui tiga strategi jangka panjang yakni "financial performance", "operational excellence", dan "customer experience".
Pahala yang resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia sejak April 2017 menambahkan khusus kuartal 2-2017, pendapatan operasional tumbuh 7,7 persen dibandingkan kuartal 1-2017.
"Melalui momentum pertumbuhan kinerja yang berhasil dicapai perusahaan, kami optimistis kinerja operasional dan keuangan perusahaan akan terus tumbuh positif hingga akhir 2017," katanya.
Sementara itu, sejalan strategi transformasi finansial yang berkelanjutan, Garuda mencatat "net loss" pada kuartal 2-2017 sebesar 38 juta dolar AS atau turun signifikan (62 persen) dibandingkan kuartal 1-2017 sebesar 99,1 juta dolar.
Perusahaan, lanjutnya, masih terbebani harga bahan bakar yang meningkat 36,5 persen dibandingkan periode sama 2016, sehingga berdampak pada catatan total "net loss" pada semester 1-2017 sebesar 138 juta dolar di luar "non-recurring expense" sebesar 145,8 juta dolar (antara lain dampak tax amnesty).
Menurut Pahala, kinerja operasional yang tumbuh positif tersebut salah satunya ditunjang pendapatan internasional pada kuartal 2-2017 yang meningkat 16 persen dengan jumlah penumpang internasional yang meningkat 14,8 persen dibandingkan 2016.
Selain itu, pendapatan penumpang internasional pada semester 1-2017 mencapai 653,3 juta dolar AS atau lebih besar dibandingkan pendapatan penumpang domestik 630,7 juta dolar.
"Hal tersebut mengindikasikan membaiknya bisnis penerbangan Garuda pada sektor internasional ke depannya," katanya.
Peningkatan signifikan juga tercatat pada pendapatan "non-scheduled flight services" pada semester 1-2017 yang tumbuh 131,8 persen dibandingkan 2016 dan kargo yang diangkut (cargo carried) juga meningkat 10,6 persen menjadi 219,4 ribu ton.
Garuda Indonesia juga berhasil mempertahankan kinerja on time performance (OTP) sebesar 85 persen.
Lalu, tingkat keterisian penumpang (SLF) pada semester 1-2017 tercatat sebesar 73,3 persen atau meningkat dari semester 1-2016 sebesar 70,8 persen.
Adapun "market share" Garuda Indonesia di internasional sebesar 28 persen dan domestik sebesar 39,5 persen.
Melalui pertumbuhan pendapatan perusahaan tersebut, lanjutnya, Garuda Indonesia sebagai "mainbrand" juga berhasil mencatat pertumbuhan pendapatan 6,6 persen dengan beban biaya perusahaan yang ditekan peningkatannya menjadi 0,4 persen pada kuartal 2-2017. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: