Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi Indonesia akan meninggalkan angka 5% atau menuju 6% setelah tahun 2019 mendatang. Angka ini tentu lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan BI di 2017 yang berada direntang 5-5,4%.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Dody Budi Waluyo mengatakan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi di 2019 akan didukung oleh proyek pembangunan infrastruktur yang mulai menampakkan hasilnya.
"Itu (infrastuktur) akan menambah ke pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja 2019. Kita bisa lepas dari 5 persen mungkin 2019. Tapi kita masih bergerak naik dari range kita 5%-5,4% di 2017, mungkin 5,1% di tahun ini. Pemerintah mungkin sama di range 5,1%-5,2%. Tahun depan 2018 range kita 5,1-5,5% terus naik ke 5,3-5,7% di 2019. Dan setelah itu mudah-mudahan kita langsung menuju level 6%. Di atas 6% di 2020-2021," ujar dia di Yogyakarta, Senin (28/8/2017).
Selain infrastruktur, menurut Dody, faktor lain yang menjadi pendorong ekonomi di 2019 ialah kinerja investasi yang akan terus tumbuh di Indonesia.
"Karena investasi perkiraannnya akan tumbuh di medium term 6%-7%. Jadi ini yang akan jadi value added kita bisa lihat potensial kita akan meningkat lebih baik lagi," kata Dody.
Sementara itu, terkait sektor usaha Dody berharap sektor jasa keuangan, pengolahan, pertanian, konstruksi, dan komunikasi bisa menjadi driver pertumbuhan ekonomi ke depan.
"Yang penting adalah output produksi nasional yang berdaya saing yang dapat memperbaiki kinerja ekspor. Dari sisi ekspor kita tentunya dalam jangka panjang akan tumbuh rata-rata tumbuh 4% ke 2020-2021. Itu ekspor riil," ucapnya.
Dalam dokumen Nota Keuangan dan RAPBN 2018, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen pada 2018 melalui dukungan konsumsi masyarakat yang terjaga, peningkatan investasi serta perbaikan kinerja ekspor dan impor. Perkiraan angka itu berdasarkan proyeksi pembentukan modal tetap bruto (investasi) yang tumbuh pada 2018 sebesar 6,3 persen, konsumsi rumah tangga dan ekspor yang masing-masing mencapai 5,1 persen, impor 4,5 persen, dan konsumsi pemerintah 3,8 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi
Tag Terkait: