Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apakah Bisnis Batu Giok Menjadi Pemicu Ketegangan Antar Etnis di Myanmar? (2)

        Apakah Bisnis Batu Giok Menjadi Pemicu Ketegangan Antar Etnis di Myanmar? (2) Kredit Foto: Reuters/Mohammad Ponir Hossain
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        "Sistem perizinan giok Myanmar terbuka lebar untuk korupsi dan kronisme. Konsesi utama berada di daerah yang dikuasai pemerintah di Kota Hpakant, Negara Bagian Kachin, dan blok diberikan melalui proses yang dikendalikan secara terpusat yang oleh beberapa sumber industri mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang terkait dengan tokoh-tokoh berpengaruh dan pejabat tinggi. Dalam istilah? seorang pengusaha giok, 'jika ada topi besar yang terlibat (dalam sebuah penawaran), mereka pasti akan mendapatkannya'," demikian laporan tersebut.

        Kebanyakan batu diselundupkan melintasi perbatasan ke negara tetangga China. Menurut data impor pemerintah China, impor batu permata dari Myanmar bernilai $12,3 miliar pada tahun 2014, sementara perkiraan tidak resmi lainnya jauh lebih rendah.

        Sebagai salah satu sumber daya paling berharga di Myanmar, "batu giok terkait erat dengan konflik di Negara Bagian Kachin. Perusahaan berlisensi yang dikendalikan oleh musuh terburuk mereka telah melahap warisan alam mereka dan hal tersebut adalah sumber kebencian yang mendarah daging di antara orang-orang Kachin. Seperti yang dikatakan beberapa orang, Pohon itu ada di kebun kita, tapi kita tidak diijinkan makan buahnya," ungkap laporan tersebut, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Jakarta (20/9/2017)

        Paul Donowitz, seorang pemimpin tim di Global Witness, berbicara dengan Hazi Sika dari Al Jazeera tentang "mungkin hal tersebut adalah aksi pencurian sumber daya alam terbesar dalam sejarah modern" dan hubungan antara giok dan juga konflik antar etnis di Myanmar.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Hafit Yudi Suprobo
        Editor: Hafit Yudi Suprobo

        Bagikan Artikel: