Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Nusa Tenggara Barat memperkirakan populasi sapi yang sudah mencapai 1,1 juta ekor ditambah kerbau dan kambing bernilai lebih dari Rp10 triliun.
"Hitungan kasarnya satu ekor sapi dihargakan Rp7 juta tinggal kalikan 1,1 juta ekor sapi maka totalnya Rp7 triliun lebih, belum lagi kerbau, kuda, dan kambing," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB H Aminurrahman, di Mataram, Kamis (28/9/2017).
Ia mengatakan sebagian besar populasi sapi ada di Pulau Sumbawa dengan pola pemeliharaan lepas liar, sedangkan di Pulau Lombok dipelihara dalam kandang. Begitu juga dengan populasi kerbau dan kambing terbanyak di Pulau Sumbawa, sebagian lagi di Pulau Lombok.
Dengan populasi yang relatif banyak, kata Aminurrahman, tidak heran jika perputaran uang di pasar ternak setiap pekannya juga bisa mencapai miliaran rupiah. Termasuk dengan bisnis ikutan ternak, seperti dendeng, abon dan bakso.
"Jadi dengan aset dari ternak saja NTB sudah kuat dari sisi ekonomi. Tidak ada perusahaan tambang besar pun tidak masalah," ujarnya.
Menurut dia, aset ekonomi dalam bentuk ternak ruminansia yang beredar di masyarakat harus terus dipertahankan, sehingga perputaran roda perekonomian dari sektor peternakan terus berkembang.
Upaya yang dilakukan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB adalah dengan mendorong masyarakat untuk memelihara sapi. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari program Pijar (sapi, jagung dan rumput laut). Pemerintah Provinsi NTB juga menjaga populasi ternak ruminansia dengan mencegah pemotongan sapi dan kerbau betina produktif.
"NTB sudah memiliki peraturan daerah yang mengatur tentang larangan memotong ternak ruminansia produktif. Dan kami sudah bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk melakukan sosialisasi dan pencegahan," kata Aminurrahman. (CP/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: