Hasil penelitian Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan peningkatan ketahanan pangan di Indonesia belum diikuti dengan penurunan angka malnutrisi.
Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Esta Lestari di Jakarta, Jumat, mengatakan Indonesia telah mengalami perbaikan berarti dalam mencapai ketahanan pangan yang tercermin dari menurunnya wilayah dengan prioritas 1 dan 2 atau kategori rawan pangan, namun belum diikuti oleh keberhasilan dari sisi akses dan konsumsi terutama asupan pangan. Perbaikan ketahanan pangan ini terutama dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah untuk menjaga sisi ketersediaan. Namun demikian, keberhasilan perbaikkan tersebut ternyata masih meninggalkan angka malnutrisi yang tinggi, terutama malnutrisi kronis yang justru cenderung meningkat.
Berdasarkan angka Badan Pusat Statistik (BPS) dan BKP tahun 2016, capaian penganekaragaman konsumsi seperti yang ditunjukkan oleh Pola Pangan Harapan (PPH) yang diestimasikan pada skor 86,3, ternyata masih di bawah dari yang ditargetkan sebesar 100.
Ketertinggalan capaian gizi ini, menurut dia,harus mendapatkan perhatian mengingat dimensi ini akan mempengaruhi kualitas SDM ke depan di mana anak-anak Indonesia saat ini menjadi bagian dari bonus demografi antara 2020 s.d. 2030.
Artinya, produktivitas tenaga kerja kita akan ditentukan oleh investasi kesehatan termasuk melalui kualitas asupan pangan saat ini, katanya.
Esta melihat bahwa faktor ekonomi, terutama pendapatan mempengaruhi kualitas asupan. Namun, bukan berarti meningkatnya kesejahteraan selalu diikuti oleh asupan dengan gizi yang lebih baik karena faktor sosial budaya terutama gaya hidup dan perubahan peran dalam keluarga membentuk nilai, selera dan perilaku konsumsi pangan keluarga.? Lebih lanjut, ia mengatakan asupan pangan akan menjadi salah satu input pembentuk modal manusia yang mempengaruhi kesehatan dan capaian pendidikan di masa depan.
Oleh karena itu, menurut dia, perbaikan pangan dan gizi harus bersinergi dengan bidang lain, terutama pendidikan dan infrastruktur untuk meningkatkan efektivitas capaian yang lebih baik dari program-program kesehatan dan gizi yang telah dijalankan pemerintah.
Lebih lanjut Esta mengatakan bahwa sinergi tersebut mencakup berbagai intervensi lintas sektoral melalui pembentukan perilaku konsumsi pangan sehat sejak dini yang ditunjang oleh sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan yang saling menunjang. Hal ini juga harus diikuti oleh pengembangan sisi hulu, yaitu penyediaan pangan berkualitas yang terjangkau oleh masyarakat dan memenuhi kebutuhan segmentasi konsumen pangan di Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: