Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menlu AS Tolak Sebut Krisis Rohingya Sebagai 'Pembersihan Etnis'

        Menlu AS Tolak Sebut Krisis Rohingya Sebagai 'Pembersihan Etnis' Kredit Foto: Reuters/Mohammad Ponir Hossain
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan bahwa lebih banyak informasi diperlukan sebelum Washington setuju dengan PBB bahwa krisis Rohingya di Myanmar merupakan sebuah pembersihan etnis.

        Dalam sebuah konferensi pers bersama pada hari Rabu bersamaan dengan pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi, Tillerson menyerukan penyelidikan penuh dan independen terhadap situasi di negara bagian Rakhine.

        "Kami sangat prihatin dengan laporan tentang kekejaman yang meluas yang dilakukan oleh pasukan keamanan Myanmar," ungkap Tillerson, sebagaimana dikutip dari CNN, Kamis (16/11/2017).

        "Apa yang kita ketahui terjadi di negara bagian Rakhine, memiliki sejumlah karakteristik kejahatan terhadap kemanusiaan," tambahnya.

        "Apakah memenuhi semua kriteria dari pembersihan etnis, kita terus melakukan penyelidikan," lanjut Tillerson.

        Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi, benar, berjabat tangan dengan kedatangan Sekretaris Negara AS Rex Tillerson di Naypyitaw, Myanmar.

        Lebih dari 615.000 pengungsi Rohingya telah meninggalkan negara tersebut sejak 25 Agustus, menurut badan bantuan, para warga Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh yang telah berjuang untuk mengatasi arus masuk para pengungsi tersebut.

        Namun, Tillerson bersikeras bahwa sanksi berbasis luas seperti yang beberapa orang minta di Washington bukanlah jawaban atas krisis tersebut.

        Selama kunjungannya ke ibu kota Myanmar, Naypyidaw, yang pertama ke negara tersebut Tillerson menjanjikan bantuan tambahan sebesar $47 juta untuk para pengungsi, sehingga total AS telah mengalokasikan untuk krisis tersebut menjadi $87 juta sejak Agustus.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Hafit Yudi Suprobo
        Editor: Hafit Yudi Suprobo

        Bagikan Artikel: