Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Benteng-Benteng Baru Samindo

        Benteng-Benteng Baru Samindo Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Para pemegang saham PT Samindo Resources Tbk menunjuk Kim Jung Gyun sebagai Presiden Direktur menggantikan Lee Kang Hyob sejak Mei silam. Tantangan sudah menanti Kim di depan mata.

        Ada target khusus dari para pemegang saham kepada Kim. Selain menjaga performa bisnis, ia juga diharapkan mampu melakukan ekspansi bisnis Perseroan yang telah lama berkiprah di Indonesia.

        Ancang-ancang rencana tersebut sudah dilakukan Perseroan sejak semester I tahun ini. Perseroan dengan kode emiten MYOH tersebut menggarap proyek di luar dari bisnis inti. Mulai Juli, Samindo juga menggarap proyek pemindahan batuan penutup dan produksi batu bara untuk jangka menengah milik Bayan Group. Dengan kontrak tersebut, Samindo mendapat tambahan volume batuan penutup sebesar 14,7 juta bcm dan 1 juta ton batu bara.

        Tidak hanya itu, Perseroan juga turut berkontribusi membangun pembangkit listrik dalam mega proyek milik PLN. Bahkan, Samindo berencana membangun proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG). Proyek tersebut merupakan rencana jangka panjang perseroan. Ekspansi bisnis diharapkan menjadi alternatif bagi perseroan. Pasalnya, selama ini, bisnis Samindo hanya terkosentrasi pada jasa pertambangan batu bara.

        Untuk mengetahui rencana tersebut, Majalah Warta Ekonomi melakukan wawancara khusus dengan Presiden Direktur PT Samindo Resources Tbk di kantornya, Menara Mulia Jalan Gatot Subroto Kav 9-11, pada Jumat (14/7/2017). Berikut adalah petikan wawancara reporter M. Januar Rizki dan Sufri Yuliardi (fotografer).

        Apa yang menjadi target Anda sebagai Presiden Direktur?

        RUPST (rapat umum pemegang saham tahunan) sepakat menunjuk saya sebagai Presiden Direktur pada Mei lalu. Sejak awal performa, operasional dan keuangan perusahaan sudah bagus dan stabil. Saya diminta shareholder untuk menjaga kondisi itu dan lebih maju dari sekarang ini. Itu target pertama saya.

        Selain itu, kami juga berencana mengembangkan bisnis baru untuk masa depan perusahaan. Bisnis baru itu nantinya diharapkan mampu berkontribusi terhadap pendapatan Perseroan.

        Kami akan mempertahankan existing bisnis kami. Namun demikian, kami memerlukan sumber-sumber pendapatan baru agar dapat menjamin kelangsungan Samindo kedepan. Semuanya berawal dari pendapatan, menghasilkan profit, pada akhirnya akan meningkatkan nilai pemegang saham.

        Tahun lalu, kami telah memulai tahapan untuk masuk ke dalam bisnis baru dengan mengamandemen Anggaran Dasar kami agar dapat mengakomodasi kepentingan bisnis. Tahun lalu, kami juga telah mengikuti tender IPP (Independent Power Producer) dengan PLN. Namun, PLN mengubah skemanya menjadi pembangkit mulut tambang. Oleh karena itu, kami sedang mengalkulasi ulang. Sebagai alternatif, tahun ini, kami ikut serta juga dalam tender PLTS (pembangkit listrik tenaga surya).

        Apa pertimbangan Samindo terlibat di IPP?

        Kami melihat bisnis IPP memiliki tingkat risiko yang relatif rendah. Hal tersebut dikarenakan Power Purchase Agreement (PPA) antara pemilik IPP dengan PLN, dimana PLN wajib untuk membeli seluruh listrik yang dihasilkan oleh IPP.

        Apalagi pengembangan bisnis yang direncanakan Samindo?

        Tahun ini, kami baru saja menandatangani kontrak selama 2,5 tahun dengan Bayan Group (PT Gunung Bayan Pratama Coal) untuk pemindahan batuan penutup dan produksi batu bara. Kontrak ini merupakan pertama kalinya bagi kami bekerja sama dengan perusahaan di luar Samtan Group. Selama ini, kami hanya melayani jasa pertambangan dengan sister company, yaitu PT KIDECO Jaya Agung. Kedepan, kami juga akan mencari tambang-tambang baru.

        Selain itu, kami juga sudah mengikuti tender PLTU dengan PLN sejak tahun lalu. Namun, karena ada perubahan skema, kami mundur. Tahun ini, kami sudah mengajukan kembali tiga proyek PLTS di Sumatera. Tender tiga proyek tersebut kami sebut dengan package 2, 3, dan 5. Untuk package 2 itu 35 MW di Sumatera Utara, package 3 sebesar 33 MW di Riau dan Bangka Belitung, dan package 5 di Sumatera Selatan dan Jambi sebesar 28 MW. Kami juga berencana untuk mengikuti tender PLTG. Kami ingin mengembangkan bisnis di sektor energi baru dan terbarukan.

        Apa target yang ingin dicapai dalam kerjasama dengan Bayan Resources?

        Kami berpeluang mendapatkan tambahan volume batuan penutup sebesar 2,7 juta bcm pada akhir tahun 2017. Nantinya, Perseroan akan mendapatkan tambahan 6 juta bcm batuan penutup setiap tahunnya. Namun, untuk tahun 2017, jumlah tersebut tidak dapat terealisasi sepenuhnya karena proyek baru akan dimulai di pertengahan tahun.

        Mengacu pada laporan tahunan Perseroan, total volume batuan penutup yang ditargetkan pada akhir tahun 2017 akan mencapai 48 juta bcm. Tambahan volume ini tentu akan meningkatkan total volume batuan penutup Perseroan menjadi 50,7 juta bcm, atau meningkat sekitar 5,6% dibandingkan dengan produksi tahun 2016. Kenaikan tersebut dengan mengasumsikan jumlah batuan penutup yang dihasilkan dari tambang Kideco sesuai dengan target. Sampai dengan bulan Mei, total batuan penutup yang dihasilkan Perseroan telah mencapai 19,4 juta bcm atau 40% dari target. Dengan pencapaian yang sangat baik tersebut, sangat mungkin angka 50 juta bcm batuan penutup akan terlampaui pada akhir tahun 2017.

        Bisa dikatakan kehadiran Anda di Samindo Resources untuk memperkuat sekaligus mengembangkan bisnis baru?

        Iya, kami ingin fokus pada bisnis yang ada saat ini. Kami juga ingin mengembangkan bisnis dari klien-klien selain yang sudah existing. Selain itu, kami juga ingin masuk ke dalam proyek-proyek pembangkit listrik.

        Anda katakan Samindo juga ingin menggarap proyek EBTKE. Kenapa Samindo malah tertarik ke sektor energi baru dan terbarukan?

        Dulu kami mulai dari batu bara. Tambang itu kami perluas, kan, supply chain-nya sampai ke PLTU. Nah, kami ingin mendiversifikasi sumber energinya yang tadinya dari batu bara menjadi solar atau surya.

        Di Indonesia dan Korea, kami sudah punya pengalaman pembangkit listrik melalui perusahaan yang satu grup juga dengan kami. Di Indonesia, Samtan Group memiliki pengalaman mengelola IPP dengan Cirebon Electric Power. Kami ingin gunakan ilmu dan pengalaman tersebut untuk bangun PLTS di sini.

        Untuk bisnis energi baru dan terbarukan di Indonesia, kami juga masih dalam tahap awal. Rencana ini untuk pengembangan bisnis masa depan. Jadi, kami ingin mempersiapkannya dari sekarang. Kalau nanti bisnisnya sudah booming akan dimanfaatkan lebih besar.

        Apa tahun ini menjadi penentu peralihan bisnis Samindo dari batu bara menjadi energi baru dan terbarukan?

        Saat ini, saya masih menilai bahwa PLTU itu masih lebih ekonomis dibandingkan pembangkit listrik tenaga lainnya. Tetapi, bila dilihat ke masa depan, permasalahan lingkungan dan ketersediaan batubara yang akan habis akan menjadi persoalan tersendiri. Jadi, saya melihat bisnis energi baru dan terbarukan merupakan bisnis yang prospektif.

        Faktor global sangat berperan terhadap harga batu bara. Bagaimana Anda menyikapi kondisi tersebut agar bisnis Samindo tetap sustainable?

        Memang benar, kalau ekonomi global jatuh akan sangat berpengaruh sekali terhadap harga batu bara. Kondisi ini juga berpengaruh terhadap bisnis kami juga. Saat ini, kami terlalu tergantung dengan batu bara. Jadi, dengan pengembangan dan diversifikasi yang dilakukan, kami berharap bisnis Samindo tetap stabil.

        Bagaimana Anda melihat industri batu bara karena banyak pihak menilai batu bara berdampak buruk terhadap lingkungan?

        Walaupun ada isu pencemaran lingkungan, saya pikir batu bara tetap menjadi energi yang utama dan tetap saja akan dipakai. Contohnya yang di Jepang, setelah gempa bumi mereka selalu bicara tidak ingin pakai PLTU tapi itu sangat susah dilakukan.

        Sebagai pimpinan perusahaan asing, menurut Anda apa saja hambatan yang kerap dihadapi dalam berbisnis di Indonesia ?

        Sebagai orang asing, pasti ada perbedaan budaya dan pikiran dengan orang lokal. Jadi, kerja di sini,?kan, agak susah. Selain itu, kami, kan,?sebagai orang asing bekerja dan investasi di Indonesia berusaha harus mematuhi peraturan perundangan yang ada di Indonesia. Kami juga selalu berusaha membantu masyarakat sekitar lapangan pertambangan dengan program CSR, seperti sumbangan sarana pendidikan dan pembangunan lingkungan di daerah operasi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Moch Januar Rizki
        Editor: Ratih Rahayu

        Bagikan Artikel: