Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pemberontak Rohingya Melawan Tentara Myanmar

        Pemberontak Rohingya Melawan Tentara Myanmar Kredit Foto: Reuters/Mohammad Ponir Hossain
        Warta Ekonomi, Yangon -

        Para pemberontak Rohingya mengatakan bahwa mereka tak memiliki pilihan selain memerangi apa yang mereka sebut terorisme yang disponsori negara Myanmar untuk membela komunitas Rohingya, dan mereka menuntut Rohingya diajak berkonsultasi mengenai semua keputusan yang mempengaruhi masa depan mereka (Minggu, 07/01/2018).?

        Tentara Penyelamatan Rohingya Arakan (ARSA) melancarkan serangan-serangan terhadap pasukan keamanan Myanmar pada 25 Agustus, yang memicu operasi kontra pemberontakan di negara bagian Rakhine, di bagian utara Myanmar yang mayoritas dihuni Muslim. Operasi-operasi oleh pasukan keamanan mengarah kepada kekerasan yang meluas dan pembakaran serta eksodus sebanyak 650.000 orang Desa Rohingya ke Bangladesh.

        Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutuk kampanye militer Myanmar itu dan menyebutnya sebagai pembersihan etnis. Myanmar yang mayoritas penduduknya merupakan penganut Buddha membantah hal itu. Namun, sejak serangan-serangan Agustus, kelompok pemberontak kecil itu telah melancarkan relatif sedikit serangan hingga Jumat, ketika para pejuangnya menghadang sebuah truk militer Myanmar, melukai beberapa anggota pasukan keamanan.

        "ARSA tak punya pilihan lain selain bertempur melawan terorisme yang disponsori negara Myanmar terhadap penduduk Rohingya demi maksud membela, menyelamatkan, dan melindungi komunitas Rohingya," demikian kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan yang ditandatangani oleh pemimpinnya, Ata Ullah, dan disiarkan melalui Twitter.

        "Rakyat Rohingya harus diajak konsultasi dalam semua pembuatan keputusan yang mempengaruhi kebutuhan humaniter mereka dan masa depan politik mereka." ARSA mengaku bertanggung jawab atas penghadangan Jumat tapi tidak memberikan rincian mengenai bentrokan.

        Seorang juru bicara pemerintah Myanmar menolak untuk memberikan komentar segera dengan menyatakan dia masih harus membaca pernyataan tersebut. Seorang juru bicara militer menolak untuk membuat komentar segera tentang situasi keamanan di negara bagian Rakhine. Kawasan itu terbatas bagi wartawan untuk melakukan liputan.

        Pihak berwenang mengatakan, sebelumnya, serangan-serangan oleh pemberontak akan dijawab dengan kekuatan dan mereka mengesampingkan perundingan dengan "para teroris". ARSA menolak pengaitan kelompoknya dengan grup-grup militan Islamis dan menyatakan pihaknya bertempur untuk mengakhiri operasi terhadap orang-orang Rohingya.

        Rohingya tidak diberikan kewarganegaraan, kebebasan bergerak, akses ke layanan-layanan, seperti perawatan kesehatan. Myanmar menganggap mereka adalah imigran ilegal dari Bangladesh.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ratih Rahayu

        Bagikan Artikel: