Pemkab Gunung Kidul, DIY terus menekan jumlah anak putus sekolah, karena saat ini indeks belajar masih rendah yakni di 6,7 poin.
"Indeks wajib belajar 9 tahun di Gunung Kidul masih renah yakni, 6,7 poin, menurun dari data sebelumnya 7 poin. Meski cenderung kecil, tetapi kami berusaha semua anak di sini bisa sekolah," ungkap Bahron Rosyid selaku Kepala Disdikpora Gunung Kidul di Gunung Kidul, Sabtu (3/3/2018).
Ia mengatakan berdasarkan data tingkat Sekolah Dasar (SD), dari total 57 ribu, 0,03 persennya atau 17 anak putus sekolah. Kemudian tingkat SMP dari 27 ribu, sebanyak delapan anak diantaranya tidak meneruskan pendidikan atau 0,03 persen. Selanjutnya, tingkatan SMA sederajat dari jumlah keseluruhan 27 ribu, lima anak diantaranya juga putus sekolah atau prosentasenya 0,02 persen.
Bahron mengatakan persoalannya bukan lagi faktor ekonomi, namun lingkungan atau kemauan untuk anak sekolah terkadang masih kurang dan lebih memilih bekerja.
"Lingkungan yang paling berpengaruh," imbuhnya.
Ia mengatakan pihaknya memasaukkan urusan wajib arah kebijakan RKPD 2019. Pendidikan di semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
"Harapannya bisa 12 tahun belajar anak-anak," tuturnya.
Sementara Sekretaris Komisi D DPRD Gunung Kidul Heri Nugroho mengatakan meski rendah, fenomena putus sekolah karena memilih bekerja harus disikapi secara serius.
"Semua pihak harus bekerja sama untuk mengatasi ini. Jangan sampai terus meningkat," pungkasnya. (HYS/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait: