Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi belakangan ini masih lebih baik dibandingkan negara berkembang (emerging market) lainnya.
Gubernur BI, Agus Martowardojo, mengatakan, depresiasi nilai tukar rupiah pada triwulan I 2018 dipicu penguatan dolar AS yang terjadi dalam skala global. Secara point-to-point, rupiah melemah sebesar 1,47% pada triwulan I 2018.
"Evaluasi Maret-April 2018 kalau dilihat sampai April ytd secara?point-to-point?rupiah ada depresiasi 2,06%, tetapi misalnya India rupee itu 5,4%, Filipina peso 4,25%, Brazil lira 8,5%, dan Turki juga 12%," ujar Agus di Jakarta, Kamis (17/5/2018).
Meski demikian, rupiah masih kalah dengan Thailand Bath dan Malaysia Ringgit yang masing-masing justru terapresiasi sebesar 2,2% dan 2,4%. Hal itu, kata Agus, disebabkan neraca transaksi berjalan mereka mengalami surplus.
"Kita lihat secara umum, Malaysia dan Thailand dibandingkan Indonesia adalah di transaksi berjalannya di mana mereka surplus dan Indonesia masih menikmati defisit meski dalam batas yang sehat," kata Agus.
Menurutnya, perkembangan nilai tukar rupiah masih terkendali ditopang oleh fundamental ekonomi Indonesia yang terjaga dan langkah stabilisasi secara terukur yang ditempuh BI.
"Langkah stabilisasi nilai tukar rupiah di periode penyesuaian likuiditas global ini juga ditopang upaya mengoptimalkan instrumen operasi moneter untuk tetap menjaga ketersediaan likuditas," paparnya.
Ke depan, BI terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya serta menjaga bekerjanya mekanisme pasar dan didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fauziah Nurul Hidayah