Tanpa terasa Ramadan telah memasuki hari ke 16. Dimana konsumsi masyarakat diperkirakan mulai akan mengalami peningkatan hingga h-2 atau h-3 lebaran nanti. Kalau sebelumnya, lonjakan konsumsi terjadi di saat Ramadan pertama, dan selanjutnya mengalami penurunan. Maka mulai diwaspadai tren konsumsi akan kembali mengalami kenaikan hingga puncaknya menjelang Lebaran.
Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin mengatakan konsumsi memang pada dasarnya masih menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi. Namun, jika tidak diimbangi dengan kebijakan yang tepat, lonjakan konsumsi sangat berpotensi memicu terjadinya lonjakan harga barang.?
"Hal ini yang perlu diwaspadai. Walaupun hingga saat ini, belum terlihat ada lonjakan kenaikan pada sejumlah kebutuhan pokok masyarakat. Semuanya masih terbilang normal," katanya, Jumat (1/6/2018).
Bahkan di wilayah Sumut, harga cabai merah terpuruk di bawah level Rp20 ribu per Kg saat ini. Hanya cabai rawit yang harganya bangkit dari kisaran Rp22 ribu per Kg, menjadi Rp35 ribu per Kg. sekalipun naik, harga cabai tersebut justru masih dalam batas ambang harga yang terkendali.
"Demikian halnya juga dengan harga bawang. Baik bawang merah dan bawang putih semuanya terpantau stabil. Dimana bawang merah dikisaran Rp30 ribu per Kg dan bawang putih anjlok dikisaran Rp22 ribu per Kg. Tidak hanya bawang putih saja yang turun. Harga daging ayam juga turun dikisaran Rp26 ribu hingga Rp29 ribu per Kg. Bahkan sempat turun dikisaran Rp24 ribu per Kg 2 hari sebelumnya," ujarnya.
Hanya tomat yang harganya masih mahal. Tomat yang biasanya dijual dikisaran Rp5 hingga Rp6 ribu per Kg. Saat ini harganya mencapai Rp9 ribu per Kg. Secara keseluruhan indikator harga pangan ini menunjukan bahwa semuanya relative terkendali. Namun kita tetap harus mewaspadai konsumsi masyarakat yang berpeluang naik hingga lebaran nanti.
"Kita harus mewaspadai kebijakan THR bagi PNS yang bisa mendongkrak belanja masyarakat. Kebijakan seperti ini memang akan memulihkan daya beli. Namun kebijakan seperti ini juga akan membuat uang beredar semakin banyak dan berpeluang memicu terjadinya inflasi," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: