Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harga Minyak Berbalik Naik Usai Terjun Bebas

        Harga Minyak Berbalik Naik Usai Terjun Bebas Kredit Foto: Reuters/Christian Hartmann
        Warta Ekonomi, New York -

        Harga minyak mentah berbalik naik sedikit pada akhir perdagangan, Rabu (18/7/2018) pagi, setelah merosot lebih dari empat persen di sesi sebelumnya.

        Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, menambahkan 2,00 sen AS menjadi menetap di 68,08 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

        Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman September naik 0,32 dolar AS menjadi ditutup pada 72,16 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

        Harga minyak WTI dan Brent masing-masing turun 4,15 dan 4,67% pada perdagangan Senin (16/7) setelah Amerika Serikat dilaporkan mengatakan akan mempertimbangkan beberapa keringanan atas sanksi terhadap Iran.

        Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan pada Jumat (13/7) bahwa Amerika Serikat ingin menghindari mengganggu pasar minyak global karena itu kembali memberlakukan sanksi terhadap Tehran dan dalam kasus-kasus tertentu akan mempertimbangkan keringanan bagi negara-negara yang membutuhkan lebih banyak waktu untuk menghentikan impor minyak mereka dari Iran, menurutnya kepada Reuters.

        Para analis mengatakan harga minyak stabil pada perdagangan Selasa (17/7) setelah dilanda aksi jual berat sehari sebelumnya.

        Sementara itu, gangguan pasokan di Venezuela juga mendukung pasar karena dua dari empat kilang minyak mentah negara itu dijadwalkan akan menjalani pemeliharaan dalam beberapa minggu ke depan. Unit tersebut memiliki kemampuan untuk memproses gabungan 700.000 barel per hari dan digunakan untuk menyiapkan minyak ekstra berat untuk ekspor.

        "Setiap kali ada pembaruan bahwa situasi di Venezuela, pada kenyataannya memburuk, itu menopang pasar," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York, seperti dikutip Reuters.

        Selain penurunan produksi Venezuela, para pedagang juga melihat persediaan AS, yang diperkirakan turun 3,5 juta barel dalam seminggu yang berakhir 13 Juli, menurut jajak pendapat awal Reuters.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: