Harga minyak naik pada akhir perdagangan, Rabu (25/7/2018) pagi WIB, karena kekhawatiran tentang kelebihan pasokan mereda dan pasar mengalihkan fokus ke kemungkinan meningkatnya permintaan China.
Dilansir Reuters, patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman September, bertambah 0,38 dolar AS menjadi menetap di 73,44 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, setelah mencapai tertinggi di 74 dolar AS.
Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September naik 0,63 dolar AS menjadi ditutup di 68,52 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange., AS ditutup naik 63 sen, atau hampir 1 persen, untuk menetap di $ 68,52. WTI sempat mencapai tertinggi sesi di 69,05 dolar AS.
Laporan bahwa China akan meningkatkan belanja infrastruktur membantu mengurangi kekhawatiran bahwa ketegangan perdagangan AS-China akan mengurangi permintaan minyak negara tersebut, kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group di Chicago.
"Itu akan sangat bullish untuk permintaan minyak," kata Flynn.
"Belanja infrastruktur dari China di masa lalu benar-benar mendongkrak permintaan minyak, dan saya pikir itu menambahkan beberapa dukungan luar untuk harga."
Setelah mengalami penurunan 8,00% dari tertinggi multi-tahun, pembeli kembali ke pasar, kata Gene McGillian, wakil presiden riset pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut.
Gambaran pasokan dan permintaan akan tetap menguntungkan kecuali ada peningkatan produksi yang signifikan dari Rusia dan Arab Saudi, kata McGillian, karena pertumbuhan global yang kuat telah menyebabkan penurunan tajam dalam persediaan minyak mentah.
Stok minyak mentah AS turun pekan lalu sebesar 3,2 juta barel, menurut American Petroleum Institute (API). Penarikan yang lebih besar dari perkiraan menyebabkan kontrak berjangka naik dalam perdagangan pasca-penyelesaian, dengan minyak mentah AS di 68,73 dolar AS per barel.
Persediaan diperkirakan ditarik 2,3 juta barel per barel pekan lalu, menurut jajak pendapat Reuters. Stok di Cushing diperkirakan jatuh untuk pekan ke-10 berturut-turut, kata para pedagang.
Komitmen dari Rusia dan Arab Saudi untuk meningkatkan produksi, bersamaan dengan berkurangnya gangguan pasokan di Libya dan penurunan permintaan pengilang?global terus membebani harga, kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.
Sentimen telah didorong oleh kekhawatiran bahwa pasokan dapat terganggu oleh konfrontasi di Timur Tengah atau bahwa sengketa perdagangan Washington dengan mitra dagang utamanya dapat mengurangi pertumbuhan global.
Iran, produsen terbesar ketiga OPEC, yang menghasilkan 3,75 juta barel per hari, telah mengalami peningkatan tekanan dari AS, dengan pemerintahan Presiden Donald Trump mendorong negara-negara untuk memotong semua impor minyak dari Iran dimulai pada November.
Arab Saudi dan produsen besar lainnya meningkatkan produksi untuk mengimbangi kemungkinan pengurangan tersebut karena tenggat waktu November kian mendekat.
Sementara itu, persediaan minyak mentah AS di pusat pengiriman minyak mentah AS di Cushing, Oklahoma naik dalam empat hari hingga Jumat (20/7), menurut pemasok data Genscape, kata para pedagang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: