Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ini yang Bikin Astra Group Mampu Raup Keuntungan Rp10,38 T

        Ini yang Bikin Astra Group Mampu Raup Keuntungan Rp10,38 T Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Astra International Tbk (ASII) membukukan keuntungan atau laba bersih pada periode Januari-Juni 2018 sebesar Rp10,38 triliun. Angka tersebut naik 11% dari Rp9,34 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.?

        Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto, mengatakan bahwa salah satu yang menjadi pendorong membaiknya kinerja Astra Group terutama disebabkan peningkatan kontribusi dari bisnis alat berat dan pertambangan serta jasa keuangan Grup.

        "Jadi, kenaikan di sektor-sektor itu melebihi dari yang dapat diimbangi oleh pelemahan kontribusi dari kegiatan operasional agribisnis dan infrastruktur," ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis (26/7/2018).

        Memang, laba bersih Grup dari segmen alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi meningkat sebesar 60% menjadi Rp3,3 triliun.

        PT United Tractors Tbk (UT) yang 59,5% sahamnya dimiliki Perseroan melaporkan peningkatan laba bersih 60% sebesar Rp5,5 triliun, terutama disebabkan peningkatan kinerja bisnis mesin konstruksi, kontraktor penambangan, dan pertambangan, sebagai dampak dari peningkatan harga batu bara.

        Pada bisnis mesin konstruksi, penjualan alat berat Komatsu meningkat 37% menjadi 2.400 unit, di mana pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaan juga meningkat. Bisnis kontraktor penambangan, PT Pamapersada Nusantara (PAMA), mencatat peningkatan produksi batu bara sebesar 8% menjadi 56 juta ton dan kenaikan volume pengupasan lapisan tanah (overburden removal) sebesar 23% menjadi 445 juta bank cubic metres. Anak perusahaan UT di bidang pertambangan melaporkan peningkatan penjualan batu bara sebesar 22% menjadi 4,4 juta ton.

        Selama semester pertama 2018, PT Suprabari Mapanindo Mineral (SMM), perusahaan coking coal yang 80,1% sahamnya dimiliki UT dan mulai beroperasi pada akhir 2017, berhasil mencatat penjualan batu bara sebanyak 342.000 ton.

        Perusahaan kontraktor umum yang 50,1% sahamnya dimiliki UT, PT Acset Indonusa Tbk (Acset), melaporkan kenaikan laba bersih sebesar 14% menjadi Rp73 miliar karena kenaikan pendapatan dari proyek yang sedang berjalan. Penambahan proyek-proyek konstruksi baru senilai Rp300 miliar berhasil diperoleh selama semester pertama 2018.

        PT Bhumi Jati Power (BJP) yang 25% sahamnya dimiliki UT, sedang dalam proses konstruksi dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas masing-masing 1.000 mega watt (MW) di Jawa Tengah yang dijadwalkan mulai beroperasi pada 2021.

        Sementara itu, laba bersih bisnis jasa keuangan Grup meningkat 5% menjadi Rp2,1 triliun dengan peningkatan kontribusi dari bisnis pembiayaan konsumennya.

        Selama semester pertama 2018, bisnis pembiayaan konsumen Grup mengalami penurunan nilai pembiayaan sebesar 6% menjadi Rp39,7 triliun akibat turunnya pembiayaan pada segmen mobil low cost.?

        Kontribusi laba bersih dari perusahaan pembiayaan mobil Grup meningkat 2% menjadi Rp512 miliar disebabkan oleh penurunan provisi. Kontribusi laba bersih dari PT Federal International Finance (FIF) yang fokus pada pembiayaan sepeda motor meningkat 20% menjadi Rp1,1 triliun disebabkan portofolio pembiayaan yang lebih besar.

        Total pembiayaan yang disalurkan oleh unit usaha pembiayaan alat berat Grup turun sebesar 30% menjadi Rp2,2 triliun, terutama disebabkan berkurangnya jumlah pinjaman kepada perusahaan kecil dan menengah.

        PT Bank Permata Tbk (Bank Permata) yang 44,6% sahamnya dimiliki Perseroan, mencatat laba bersih sebesar Rp275 miliar dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp621 miliar, turun sebesar 56%. Kinerja Bank Permata pada semester pertama 2017 diuntungkan dari one-off gain atas penjualan NPL. Rasio kredit bermasalah kotor (gross NPL) dan bersih (net NPL) pada 30 Juni 2018, masing-masing sebesar 4,3% dan 1,5%.

        Pada Mei 2018, Bank Permata menjual seluruh sahamnya sebesar 25% di PT Astra Sedaya Finance (ASF) dengan nilai total transaksi sebesar Rp2,8 triliun untuk memperkuat permodalan dan memaksimalkan alokasi modal untuk pinjaman.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Fauziah Nurul Hidayah

        Bagikan Artikel: