Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harga Minyak Turun, Meski Persediaan AS Meningkat

        Harga Minyak Turun, Meski Persediaan AS Meningkat Kredit Foto: Reuters/Christian Hartmann
        Warta Ekonomi, New York -

        Harga minyak turun tipis pada akhir perdagangan, Selasa (14/8/2018) pagi WIB, setelah data menunjukkan persediaan di pusat pengiriman minyak mentah AS meningkat dalam pekan terakhir.

        Hal itu menambah kekhawatiran bahwa negara-negara berkembang yang sedang bermasalah. Selain itu ketegangan perdagangan akan mengurangi prospek permintaan bahan bakar.

        Patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober turun 20 sen AS atau 0,3 persen, menjadi ditutup pada 72,61 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, seperti dikutip dari Reuters.

        Sementara itu, minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September turun 43 sen AS atau 0,7 persen, menjadi menetap di 67,20 dolar per barel di New York Mercantile Exchange.

        Harga minyak turun pada awal sesi lebih dari satu dolar AS per barel setelah persediaan di Cushing, Oklahoma, pusat pengiriman untuk WTI naik sekitar 1,7 juta barel dalam sepekan, yang berakhir 10 Agustus, kata para pedagang, mengutip data dari firma intelijen pasar Genscape.

        Persediaan minyak mentah di Cushing telah berkurang, sebagian karena penutupan operasi di fasilitas pengolahan minyak di Kanada yang telah mengurangi aliran minyak mentah ke pusat pengiriman.

        Fasilitas pemerosesan Syncrude Kanada telah mulai meningkatkan produksi minyak ringan dan diharapkan akan kembali ke produksi penuh pada September.

        "Cushing akhirnya? mulai bertambah kembali dari tingkat persediaan yang sangat rendah," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York.

        Krisis keuangan Turki telah meningkatkan risiko penularan di seluruh negara berkembang, menyeret turun rand Afrika Selatan, peso Argentina dan Meksiko serta rubel Rusia. Hal ini juga merusak pasar-pasar negara berkembang sementara membatasi pertumbuhan dan prospek permintaan minyak.

        Itu ditambah kekhawatiran bahwa perang dagang yang mendalam antara Amerika Serikat, Chin,a dan Uni Eropa akan menekan aktivitas bisnis di ekonomi-ekonomi terbesar dunia.

        Turki adalah konsumen minyak yang relatif kecil, terhitung kurang dari satu juta barel per hari (bph), atau sekitar satu persen dari permintaan global. Namun, kekhawatiran penularan mendorong sentimen penghindaran risiko (risk-off), Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates, mengatakan dalam sebuah catatan.

        "Kompleks energi semakin terdesak oleh berita utama harian terbaru yang tidak terlalu berpengaruh pada pasokan atau permintaan saat ini dalam jangka pendek, tetapi dapat secara dramatis memengaruhi keseimbangan minyak hanya dalam beberapa bulan," katanya.

        Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) meramalkan permintaan yang lebih rendah untuk tahun depan, karena saingannya memproduksi lebih banyak dan mengatakan eksportir minyak utama Arab Saudi - yang ingin menghindari kelebihan pasokan - telah memangkas produksi.

        Dalam laporan bulanannya, OPEC mengatakan dunia akan membutuhkan 32,05 juta barel per hari minyak mentah dari 15 anggota pada 2019, turun 130.000 barel per hari dari perkiraan bulan lalu.

        Produksi minyak AS dari tujuh cekungan serpih utama diperkirakan akan meningkat 93.000 barel per hari pada September menjadi 7,52 juta barel per hari, kata Badan Informasi Energi AS (EIA).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: