Harga minyak turun lebih dari dua dolar AS per barel pada akhir perdagangan, Kamis (16/8/2018) pagi WIB, setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah AS melonjak pekan lalu, menambah kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan ekonomi global yang lebih lemah.
Patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober turun 1,7 dolar AS menjadi ditutup pada 70,76 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Kontrak sebelumnya menyentuh 70,4 dolar AS per barel.
Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September turun 2,03 dolar AS menjadi menetap di 65,01 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Persediaan minyak mentah AS naik tak terduga pekan lalu, meningkat 6,8 juta barel meskipun operasional kilang-kilang minyak mentah mencapai rekor tertinggi, data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan.
Stok minyak mentah di Cushing, Oklahoma, pusat pengiriman untuk minyak mentah berjangka AS naik 1,6 juta barel.
Para analis yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan penurunan mingguan dalam persediaan minyak mentah AS.
"Pengolahan minyak mentah meningkat tajam dan mencapai tingkat rekor hampir 18 juta barel per hari pekan lalu," kata Carsten Fritsch, analis komoditas senior di Commerzbank.
"Tapi ini tidak cukup untuk mencegah persediaan meningkat. Atau membawa dengan cara ini, mencegah peningkatan yang lebih besar."
"Menambah latar belakang penurunan harga adalah tanda-tanda bahwa perselisihan perdagangan semakin mendalam antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang merongrong permintaan minyak," tambahnya.
Para investor khawatir tentang ekonomi dunia, karena sengketa perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra dagang utamanya terus meningkat.
Indikator utama gabungan OECD, yang mencakup ekonomi negara-negara maju barat ditambah Tiongkok, India, Rusia, Brasil, Indonesia, dan Afrika Selatan, tergelincir di bawah tren pada Mei dan Juni.
Pertumbuhan volume perdagangan dunia mencapai puncaknya pada Januari, dan sejak itu hampir setengahnya menjadi kurang dari tiga persen pada Mei, menurut Biro Belanda untuk Analisis Kebijakan Ekonomi.
Amerika Serikat dan Tiongkok telah terjebak dalam pertempuran perdagangan selama berbulan-bulan, perselisihan yang mengancam mengekang aktivitas ekonomi di kedua negara.
Importir minyak Tiongkok sekarang tampaknya menghindar membeli minyak mentah AS, karena mereka takut Beijing dapat memutuskan untuk menambahkan komoditas ke daftar tarifnya.
Tidak ada satu pun tanker yang memuat minyak mentah dari Amerika Serikat menuju Tiongkok sejak awal Agustus, data pelacakan kapal Thomson Reuters Eikon menunjukkan, dibandingkan dengan sekitar 300.000 barel per hari pada Juni dan Juli.
Sementara itu, para investor mengamati dampak sanksi-sanksi AS terhadap Teheran, yang analis katakan dapat menghapus sebanyak satu juta barel per hari minyak mentah Iran dari pasar pada tahun depan.
BMI Research mengatakan pasar minyak akan "mengalami kesulitan, karena ketidakpastian sekitar dua dampak pada pasokan dari sanksi-sanksi Iran dan terus meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok".
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: