PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mencatatkan pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp2.079 miliar dan Rp1.793 miliar untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2018. Total pendapatan dan EBITDA perseroan masing-masing mencapai Rp4.169 miliar dan Rp3.591 miliar.
Hardi Wijaya Liong, CEO TBIG, menuturkan, per 30 Juni 2018, dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 23.738, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,72.
"Berdasarkan data pesanan, kami melihat kuartal ketiga kuat dan kami mempertahankan panduan pertumbuhan sebanyak 2.500 penyewaan untuk 2018 karena pelanggan telekomunikasi kami terus memadati dan memperluas jaringan 4G mereka di seluruh negeri," tutur dia dalam keterangannya kepada redaksi Warta Ekonomi, Sabtu (1/9/2018).?
Pada April, TBIG mengakuisisi 19,8% saham di perusahaan menara yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk (Gihon) sebesar Rp127 miliar.
"Kami juga membayar Rp64 miliar untuk obligasi wajib tukar untuk mengakuisisi tambahan 10% saham Gihon dari pemegang saham pendiri, yang membuat keseluruhan kepemilikan saham kami di Gihon menjadi 29,8%. Hingga akhir Juni 2018, Gihon memiliki 766 penyewa yang terdiri dari 529 menara dan 237 kolokasi," tambah Hardi.
Per 30 Juni 2018, total pinjaman (debt) perseroan sebesar Rp19.688 miliar dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp13.744 miliar. Dengan saldo kas yang mencapai Rp700 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp18.988 miliar dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) perseroan menjadi Rp13.044 miliar. Menggunakan EBITDA triwulan kedua 2018 yang disetahunkan, maka rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA 3,6x dan total pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 5,3x.
"Kami masih terus memiliki ruang untuk menggunakan pinjaman tambahan berdasarkan covenant yang disyaratkan oleh fasilitas bank dan surat utang kami," imbuhnya.
Helmy Yusman Santoso, CFO TBIG, mengatakan, di kuartal kedua 2018, tingkat bunga efektif TBIG turun menjadi 9,6% dari 10,3% di akhir t2017. Sementara di kuartal ini, tingkat leverage meningkat ke 5,3x, terutama disebabkan investasi di Gihon, pembayaran dividen tunai untuk tahun buku 2017 sebesar Rp750? miliar dan pengeluaran terkait dengan pembelian kembali saham.
"Kami berharap rasio leverage kami turun di kuartal-kuartal berikutnya sebagai hasil dari pertumbuhan EBITDA dan arus kas operasional. Kontrak jangka panjang dan terjamin dari operator telekomunikasi memberikan? cakupan yang sangat baik atas semua kewajiban utang kami di masa depan,? tutur Helmy.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: