Diterpa Perlambatan Ekonomi, Korsel Ngotot Gelontorkan Jutaan Dolar untuk Korea Utara
Ketika ekonomi Korea Selatan tersendat, pemerintah justru ingin menghabiskan ratusan juta untuk proyek-proyek ekonomi dan budaya dengan tetangganya di Korea Utara.
Inisiatif tersebut dipandang sebagai investasi jangka panjang untuk perdamaian, tetapi mereka mengancam untuk meningkatkan beban utang kepada Seoul dan dapat menjadi beban jika hubungan antar-Korea dilanda jalan terjal, para ahli memperingatkan.
Dalam RUU September ke parlemen, Presiden Korea Selatan, pemerintahan Moon Jae-in, mengusulkan pengeluaran sebesar $419 juta untuk berbagai usaha yang berkaitan dengan Korea Utara, termasuk reuni keluarga, kantor penghubung bersama, dan pertukaran olahraga.
Komitmen tersebut pertama kali disebutkan dalam deklarasi yang ditandatangani oleh Moon dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada April lalu.
Angka $419.000.000 hanya mengacu pada pengeluaran 2019, dan politisi oposisi Korsel menuduh pemerintah sengaja menyembunyikan biaya jangka panjang karena takut akan reaksi publik. Kebijakan pemerintah menyebabkan penundaan dalam meratifikasi RUU tersebut.
Proposal bernilai jutaan dolar datang karena beberapa negara semakin khawatir tentang ekonomi Korea Selatan yang melambat. Sementara mayoritas warga Korea Selatan mengatakan mereka menginginkan perdamaian dengan Pyongyang, banyak yang percaya bahwa urusan dalam negeri harus menjadi prioritas untuk dana publik, terutama pada saat pertumbuhan yang lemah.
Produk domestik bruto setahun penuh Korea Selatan terlihat pada 2,9 persen tahun ini, dibandingkan dengan 3,1 persen tahun lalu, seperti dilansir dari CNBC, Kamis (4/10/2018).
Sementara itu, laju penciptaan lapangan kerja mencapai tingkat terlemahnya dalam sembilan tahun setelah Moon menaikkan upah minimum dan memangkas jam kerja, langkah yang dinilai telah menyulitkan usaha kecil dan menengah untuk mempekerjakan pekerja baru.
Ketidakpuasan publik dengan ekonomi benar-benar mendorong peringkat persetujuan Moon menjadi 49 persen, tingkat terendah sejak ia menjabat presiden Mei lalu, menurut survei Gallup Korea pada 7 September. Peringkat pemimpin itu berdetak hingga 50 persen, namun, dalam survei berikut Gallup seminggu kemudian.
"Terlepas dari hubungan diplomasi, menghabiskan puluhan miliar dolar di Korea Utara pada saat banyak warga Korea Selatan tidak senang dengan ekonomi mereka sendiri bisa jadi masa yang sulit untuk menjual isu politik," ungkap Kyle Ferrier, direktur urusan akademik dan penelitian di Korea Economic Institute. Amerika.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait: