Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Milenial Sulit Beli Rumah? Ternyata Ini Penyebabnya

        Milenial Sulit Beli Rumah? Ternyata Ini Penyebabnya Kredit Foto: Unsplash/Blake Wheeler
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sudah bukan rahasia umum jika memiliki hunian di kota-kota besar Indonesia adalah hal yang sulit. Utamanya bagi generasi milenial, banyak dari mereka yang masih sebatas impian untuk memiliki rumah sendiri.

        Ternyata, ada beberapa kendala yang ditemukan oleh PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF, kenapa generasi milenial di kota besar Indonesia sulit memiliki rumah. Apa saja, ya? Berikut penjabarannya

        1. Pengeluaran Konsumsi Milenial Tinggi

        "Yang kami cermati pada saat ini adalah proporsi belanja keluarga muda di 17 kabupaten kota, lebih dari 50% untuk konsumsi. Bukan untuk rumah," ujar Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo, sebagaimana dilansir dari?MoneySmart di Jakarta, Senin (10/11/2018).

        Menurut pengamatan SMF, generasi milenial hanya berharap untuk memiliki hunian sendiri, namun mereka masih berfokus untuk konsumsi sehari-hari, bukan fokus membeli rumah.

        2. Kenaikan Harga vs Kenaikan Upah

        Selanjutnya, kenaikan harga rumah setiap tahun juga menjadi kendala. Jika kenaikan harga dan kenaikan upah pendapatan seimbang, rasanya enggak masalah. Tetapi, kenyataannya kedua hal tersebut lebih sering bertolak belakang.

        Berdasarkan data Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Bank Indonesia, dalam satu dekade kenaikan harga hunian mencapai 39,7 persen. Sedangkan kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) di seluruh Indonesia per tahun dengan memperhatikan perkembangan tingkat inflasi masih belum sebanding.

        "Rendahnya kepemilikan rumah milenial khususnya di kota-kota besar karena harganya mahal. Kenaikan harga rumah dan kenaikan penghasilan tidak terkejar," jelas Ananta.

        3. Suku Bunga

        Ananta mengatakan permasalahan selanjutnya adalah suku bunga pembelian rumah di Indonesia masih belum sesuai dengan karakteristik anak muda.

        "Sudah jelas terjadi dan dilematis sekali, dan pemerintah menyediakan rumah fasiltas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) dan milenial melihatnya jauh lokasinya. Transportasi tidak memadai dan itu menjadi tantangan juga," kata Ananta.

        4. Milenial Pekerja Kreatif

        Selain itu, rendahnya kepemilikan rumah pada usia muda juga dipengaruhi oleh faktor pekerjaan. Saat ini banyak sekali generasi masa kini yang memiliki pekerjaan sendiri atau usaha sendiri yang tidak memiliki slip gaji.

        "Milenial kebanyakan kerja informal tidak ada slip gaji dan kita berusaha mencari solusi untuk milenial yang tidak punya slip gaji. Pendapatanya besar tapi enggak ada slip gaji dan boros juga, itu gaya hidupnya," ungkap Ananta.

        SMF yang mengemban tugas sebagai special mission vehicle (SMV) untuk membangun dan mengembangkan pasar pembiayaan sekunder perumahan berharap suku bunga tetap. Langkah ini demi memberikan fasilitas yang terjangkau bagi generasi muda untuk kredit kepemilikan rumah di Indonesia.

        "Solusinya bagaimana membuat KPR yang fix rate. Jangan yang float. Kayak di Korea KPR fix rate dipaksakan oleh pemerintahnya bank-banknya harus fix rate," kata Ananta.

        Dengan begitu, minat dan juga kemampuan finansial kaum milenial untuk membeli rumah bisa meningkat. "Harga rumah akan naik setiap tahunnya. Semakin lama menunda kepemilikan rumah maka penghasilan yang diperoleh semakin tidak cukup membeli rumah," ungkapnya.

        Selain itu, generasi milenial juga perlu menanamkan pola pikir atau mindset bahwa rumah adalah kebutuhan pokok dan mampu mengerem sedikit pengeluaran yang tidak dibutuhkan. Menyisihkan penghasilan untuk tabungan masa depan, membeli rumah sesuai dengan keinginan. Ingat, rumah tidak hanya bentuk tapak, tetapi juga bisa bentuk susun atau vertikal seperti apartemen.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Clara Aprilia Sukandar
        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: