Pabrik Blast Furnace milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen baja, yakni PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dinyalakan. Penyulutan api pertama dilakukan oleh Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Straegis dan Media, Fajar Harry Sampurno; Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim; dan ditemani beberapa pejabat lain.
Dalam acara tersebut, Silmy mengatakan, dengan beroperasinya Pabrik Blast Furnace akan menambah fasilitas iron making atau tahap hulu bertambah.
"Ini merupakan suatu awal dari rangkaian usaha perseroan untuk meningkatkan daya saing di sektor hulu, di mana fasilitas Blast Furnace merupakan teknologi berbasis batu bara. Penggunaan batu bara ini juga akan meningkatkan fleksibilitas penggunaan energi, serta mengurangi ketergantungan terhadap gas alam yang diproyeksikan akan terus mengalami kenaikan harga dan keterbatasan," jelas Silmy di kawasan Pabrik Krakatau Steel Cilegon, Kamis (20/12/2018).
Pabrik Blast Furnace yang berdiri pada area Blast Furnace Complex PTKS seluas 55?hektare ini merupakan proyek yang dilakukan oleh konsorsium kontraktor yang terdiri dari MCC CERI dari China dan PT Krakatau Engineering (PTKE).
Dalam Blast Furnace Complex, juga terdapat Sinter Plant yang memiliki kapasitas 1,7 juta ton per tahun, Hot Metal Treatment Plant dengan kapasitas 1,2 juta ton per tahun, Coke Oven Plant dengan kapasitas 555 ribu ton per tahun. Sebagai penunjang, terdapat Raw Material Handling (Stockyard) yang mampu menampung 400 ribu ton per tahun.
Lanjut Silmy, Pabrik Blast Furnace mampu menghasilkan 1,2 juta ton hot metal per tahun. Penggunaan hot metal akan mengurangi biaya produksi di steel making, utamanya dengan menurunkan konsumsi listrik di proses steel making (EAF) karena bahan baku hot metal dimasukkan dalam bentuk cair pada temperatur tinggi (?1.200oC). Selain itu, adanya hot metal dalam proses peleburan dapat menurunkan konsumsi elektroda.
Pembangunan Blast Furnace juga akan membuat keseimbangan kapasitas hulu (iron?and steel making) dengan hilir (rolling mill), sehingga mengurangi ketergantungan pada slab impor.
Sementara dalam melakukan ekspansi kapasitas di hilir, Krakatau Steel juga sedang membangun pabrik hot strip mill?2 yang akan beroperasi pada 2019 mendatang. Dengan adanya pabrik ini akan didapatkan tambahan kapasitas sebesar 1,5 juta ton baja lembaran panas atau HRC.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: