Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        'Ini Prestasi Petani, Setop Ributkan Data Impor Pangan!'

        'Ini Prestasi Petani, Setop Ributkan Data Impor Pangan!' Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Selama empat tahun terakhir ini, produksi sejumlah komoditas strategis, seperti beras dan jagung mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tentu capaian ini tak lepas dari upaya para petani.

        Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir menekankan bahwa petani memiliki andil penting dalam peningkatan tersebut.

        "Produktivitas petani kita terus membaik dan produktivitas merekalah yang mendongkrak produksi pangan strategis," kata Winarno melalui keterangan tertulisnya, Kamis (7/2/2019).

        Menurutnya, salah satu kunci peningkatan produksi pangan ialah transformasi pertanian dari tradisional ke pertanian modern. Pertanian modern yang dijalankan para petani turut mendongrak produksi komoditas pangan strategis.

        "Empat tahun terakhir produktivitas petani kita meningkat pesat. Modernisasi sudah berjalan dengan penggunaan alat mesin pertanian (alsintan) secara masif, sehingga kerja petani lebih efektif dan efisien," jelas Winarno.

        Baca Juga: Impor Jagung Dibatasi, Impor Gandum Justru Meningkat

        Baca Juga: Rencana Ekspor Beras, Bulog Pastikan Negara Asean Siap Tampung

        Pada tahun lalu, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) mengalokasikan anggaran sebesar Rp2,81 triliun untuk belanja lebih dari 70.000 unit alsintan yang berfokus pada peningkatan komoditas pangan strategis, yakni padi, jagung, dan kedelai.

        Modernisasi pertanian tidak sebatas inovasi alat dan mesin pertanian, tapi juga perubahan dalam manajemen tanam. Petani yang semula hanya menanam sekali setahun, sekarang sudah bisa menanam dua hingga tiga kali setahun.

        "Dengan manajemen tanam yang baru, setiap hari terjadi olah tanah, tanam, dan panen. Dengan produktivitas petani yang meningkat, hasil produksi pun turut terdongkrak," ucapnya.

        Capaian yang diraih pada beberapa tahun belakangan ini merupakan prestasi para petani Indonesia. Untuk itu, Winarno meminta publik untuk tidak mendistorsi prestasi petani dengan menggembar-gemborkan data impor pangan.

        "Pada 1984, FAO menyebutkan Indonesia mencapai swasembada beras. Padahal saat itu, Indonesia masih mengimpor beras 414 ribu ton. Tantangan yang dihadapi pertanian kita lebih berat. Jumlah penduduk saat ini 260 juta, meningkat dua kali lipat dibandingkan 1984 sebanyak 164 juta penduduk. Jadi, surplus pada 2018 jangan dianggap sebagai capaian ringan," tandas Winarno.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: