PT United Tractors Tbk (UNTR) pada kuartal pertama untuk tahun buku 2019 membukukan pendapatan bersih sebesar Rp22,6 triliun atau meningkat sebesar 19% dibandingkan Rp19,0 triliun pada triwulan pertama tahun lalu.
Corporate Secretary United Tractors, Sara Loebis mengatakan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan bersih, Perseroan membukukan laba bersih sampai dengan bulan Maret 2019 mencapai Rp3,1 triliun atau meningkat sebesar 21% jika dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang?sama tahun 2018 sebesar Rp2,5 triliun.
?Pertumbuhan laba bersih tersebut didorong oleh kinerja yang lebih baik dari lini bisnis Kontraktor Penambangan dan adanya kontribusi baru dari lini bisnis pertambangan emas,? ujarnya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (24/4/2019).?
Sara menjelaskan jika masing-masing unit usaha seperti mesin konstruksi berkontribusi sebesar 30%, kontraktor 42%, penambangan 16%, Pertambangan Batu Bara, 8% Pertambangan Emas dan Industri Konstruksi 4%.terhadap total pendapatan bersih konsolidasian.
Dimana, segmen usaha Mesin Konstruksi mencatat peningkatan penjualan alat berat Komatsu sebesar 1% menjadi 1.181 unit, dibandingkan dengan 1.171 unit pada triwulan pertama tahun 2018. Komatsu mampu mempertahankan posisi sebagai market leader alat berat, dengan pangsa pasar domestik sebesar 38% (berdasarkan riset pasar internal).
Sementara itu, pendapatan Perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat meningkat sebesar 2% menjadi Rp2,2 triliun. Sedangkan penjualan produk merek lainnya yaitu UD Trucks mengalami penurunan dari 202 unit menjadi 161 unit dan penjualan produk Scania turun dari 266 unit menjadi 148 unit.?
?Penurunan penjualan UD Trucks dan Scania karena pengaruh penurunan harga batu bara kalori rendah ? menengah, dimana kedua produk tersebut banyak digunakan di sektor pertambangan,? jelas Sara.?
Baca Juga: Tebar Dividen Rp4,5 T, United Tractors Pun Rombak Komisaris dan Direksi
Baca Juga: Cucu Usaha "BU", United Tractors Lakukan Ini
Baca Juga: Wih, Laba United Tractors Melompat 50%
Secara total, pendapatan bersih dari segmen usaha Mesin Konstruksi turun 2% menjadi sebesar Rp6,8 triliun dibandingkan Rp6,9 triliun pada periode yang sama tahun 2018.
Untuk bidang usaha Kontraktor Penambangan dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA) sampai dengan bulan Maret 2019, PAMA membukukan peningkatan pendapatan bersih sebesar 20% menjadi Rp9,5 triliun. PAMA mencatat peningkatan volume produksi batu bara sebesar 14% dari 26,7 juta ton menjadi 30,5 juta ton, volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) meningkat 13% dari 207,1 juta bcm menjadi 234,6 juta bcm.
Bidang usaha Pertambangan Batu Bara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung. Total penjualan batu bara pada triwulan pertama tahun 2019 mencapai 2,5 juta ton termasuk 325 ribu ton batu bara kokas, turun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 sebesar 2,6 juta ton. Namun demikian, pendapatan unit usaha Pertambangan Batu Bara mencatat peningkatan sebesar 5% menjadi Rp3,6 triliun dikarenakan meningkatnya kontribusi penjualan
batu bara kokas.
Adapun bisnis pertambangan emas dijalankan oleh PT Agincourt Resources yang mengoperasikan tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Sampai dengan bulan Maret 2019 total penjualan emas dari Martabe Gold Minesebanyak 97,000 ons, sedangkan pendapatan bersih unit usaha Pertambangan Emas sampai dengan bulan Maret 2019 sebesar Rp1,9 triliun.
Di bidang usaha Industri Konstruksi dijalankan melalui PT Acset Indonusa Tbk (ACSET). Sepanjang triwulan pertama tahun 2018, ACSET membukukan pendapatan bersih sebesar Rp802 miliar dari sebelumnya sebesar Rp734 miliar pada periode yang sama tahun 2018.?
Namun demikian, ACSET mencatat rugi bersih sebesar Rp91 miliar, dari sebelumnya mencatat laba bersih sebesar Rp39 miliar pada periode yang sama di tahun 2018. Hal ini dikarenakan adanya perubahan dalam proyek yang sedang berjalan yang berakibat pada pengakuan kenaikan biaya konstruksi dan biaya keuangan atas proyek berjalan tersebut. Nilai kontrak baru yang diperoleh ACSET pada triwulan pertama
tahun 2019 mencapai Rp59 miliar.
Selain itu, PT Bhumi Jati Power (BJP) yang 25% sahamnya dimiliki oleh anak perusahaan Perseroan saat ini sedang mengembangkan pembangkit listrik tenaga uap berkapasitas 2x1.000 MW di Jepara, Jawa Tengah. Hingga kuartal pertama tahun 2019, progres pembangunan konstruksi proyek ini telah mencapai 64% dan dijadwalkan akan memulai operasi secara komersial pada tahun 2021. BJP merupakan perusahaan patungan bersama antara anak usaha Perseroan, Sumitomo Corporation dan Kansai Electric Power Co Inc.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: