Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah BlackBerry Messenger: dari Mengudara Hingga Tutup Usia

        Kisah BlackBerry Messenger: dari Mengudara Hingga Tutup Usia Kredit Foto: Shutterstock
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        BlackBerry Messenger atau yang sering disingkat BBM memberikan kabar duka. Platform pesan singkat tersebut bakalan tutup usia pada (31/05/2019). Setelah melewati masa kejayaannya beberapa tahun silam, BBM pun gulung tikar.

        Sebelum BBM pergi, mari kita tilik kembali kesuksesan yang telah dibangunnya yk! Begini perjalanan keberhasilan BBM sampai keterpurukannya.

        Dikutip dari BlackBerry, pada tahun 2005 seorang karyawan bernama Gary Klassen yang menjabat sebagai Principal Architect BlackBerry mencetuskan sebuah gagasan platform pesan singkat yang independen untuk produk-produk smartphone asal Kanada itu.

        Baca Juga: Selamat Tinggal BlackBerry Messenger!

        Di versi pertamanya, hanya ratusan orang yang mengunduh aplikasi ini sehingga membuat Klassen merasa was-was apakah karyanya bisa berhasil atau tidak. Lalu, Klassen dan tim mempromosikan BBM ke komunitas-komunitas tertentu untuk membuat platformnya dikenal masyarakat luas. Tak sia-sia, strategi pemasarannya itu pun berhasil.

        Sebelum bernama BlackBerry Messenger, platform gratis ini memiliki nama QuickMessenger. Tak lama kemudian, nama itu diganti oleh Jeremy Kettle, rekan kerja Klassen. Namun, sayangnya pada tahun 2016 Gary Klassen memilih untuk mengundurkan diri dari BlackBerry setelah lebih dari 10 tahun mengabdi.

        Setelah berumur 6 tahun, BBM berhasil berkontribusi besar atas keuntungan yang didapatkan oleh BlackBerry. Tercatat, di tahun 2011 perusahaan yang berpusat di kota Waterloo, Kanada ini meraih keuntungan tersebesarnya dalam sejarah, yakni mencapai US$19,9 miliar atau setara Rp279 triliun.

        Enggak mengherankan kalau BBM bisa menyumbangkan penghasilan segitu besarnya. Pada dasarnya, saat itu pengguna aktif setiap harinya tercatat mencapai angka 90 juta lebih dari seluruh dunia.

        Baca Juga: Gantikan BBM, Blackberry Luncurkan BBMe Sebagai Pengganti

        Karena keuntungan yang terus merosot dan persaingan dari aplikasi pesan singkat gratis lain semakin ketat, manajemen BlackBerry Messenger terpaksa harus memutar otak bagaimana caranya para pengguna tak beralih ke platform lain.

        Akhirnya, BlackBerry membuat gebrakan pada akhir 2013, yakni membuat BBM tak lagi eksklusif untuk pengguna smartphone BlackBerry saja. Pengguna Android dan iOS pun bisa mengunduhnya. Itu artinya pengguna sistem operasi Android dan iOS juga bisa mengunduh aplikasi ini.

        Seiring berjalannya waktu, sampailah di tahun 2016. Perusahaan media asal Indonesia, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk, (EMTEK) membeli lisensi BBM sebesar US$207,5 juta atau setara Rp2,9 triliun. Langkah ini sebetulnya dilakukan untuk memperbesar pasar ekspansi yang tadinya hanya aplikasi pesan singkat menjadi sebuah wadah portal berita, hiburan, video, E-Commerce dan game.

        Baca Juga: Berambisi Jadi Perusahaan AI Terdepan, BlackBerry Akuisisi Perusahaan Ini

        Namun, sayang seribu sayang. Rencana itu tak mulus berjalan. Kerugian justru datang. Pascapembelian BlackBerry Messenger, EMTEK mengalami kerugian mencapai Rp1,97 triliun di tahun 2018 karena merosotnya Goodwill.

        Goodwill sendiri adalah aset tak berwujud yang muncul saat sebuah korporasi mengakuisisi usaha lain dan dimasukkan ke dalam grup korporasi tersebut. Fakta tersebut bisa jadi salah satu alasan mengapa layanan BBM Messenger harus ditutup pada tanggal akhir Mei mendatang.

        Terima kasih telah hadir, BBM. Terima kasih atas kenangannya!

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Clara Aprilia Sukandar
        Editor: Clara Aprilia Sukandar

        Bagikan Artikel: