Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dunia Maya Asia Pasifik, Paling Banyak Diserang Amerika dan China!

        Dunia Maya Asia Pasifik, Paling Banyak Diserang Amerika dan China! Kredit Foto: Unsplash/Jakob
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Serangan keamanan siber di Asia Pasifik paling banyak berasal dari Amerika Serikat, yakni sebesar 20%. Serangan terbesar kedua datang dari negeri tirai bambu dengan persentase 14%.

        Angka serangan dari Amerika Serikat berkurang dari 31% pada 2017, sedangkan serangan dari China meningkat 2% dari 12%. Namun, bukan berarti seluruh penyerang di dunia siber berasal dari negara tersebut.

        "Serangan di Asia Pasifik paling banyak dari Amerika Serikat, tapi bukan berarti penjahat (siber) dari sana semua, hanya saja banyak penyerang yang menggunakan sumber daya di Amerika untuk menyerang wilayah tersebut," papar Presiden Direktur Dimension Data Indonesia, Hendra Lesmana, Selasa (18/6/2019).

        Baca Juga: Tak Mau Akses Medsos Dibatasi, Jangan Lakukan Ini

        19% serangan siber di Asia Pasifik menargetkan sektor teknologi, meningkat dari angka 16% pada 2017. Itu karena e-commerce dan perusahaan teknologi lain di regional tersebut sedang marak-maraknya.

        Hendra menyebutkan beberapa nama perusahaan. "Mulai dari Alibaba, Taobao di China. Kalau di Indonesia sendiri ada Go-Jek, Traveloka, dan Tokopedia. Skala mereka besar."

        Selain sektor teknologi, sektor pendidikan juga terus menerima volume serangan yang tinggi, mencapai 17%. Contoh serangannya adalah cryptohijacking alias pembajakan komputer untuk penambangan mata uang kripto tanpa izin.

        Baca Juga: Ini Bahaya dan Cara Cegah Cryptojacking, Pembajakan Komputer Buat Nyuri Bitcoin

        "Sekolah itu kan adminnya umumnya bukan tenaga ahli. Itu membuat mereka rentan terhadap serangan," ungkap Hendra.

        Lebih lanjut, serangan ke sektor finansial justru menurun dari angka 26% (2017) menjadi 15% (2018). Hal itu dipengaruhi oleh keberadaan lembaga finansial bukan bank, seperti Go-Pay, OVO, dan sebagainya.

        Hendra berkata, "Karena transaksi finansial sekarang tak melulu lewat lembaga finansial, seperti pembayaran kode QR, tak lewat bank."

        Karena itulah, izin dari otoritas penting didapatkan oleh para lembaga keuangan bukan bank. Itu berkaitan dengan keamanan sistem pembayaran yang digunakan oleh mereka.

        Adapun, jenis serangan yang menyerang wilayah Asia Pasifik itu beragam. Mulai dari web attack (serangan aplikasi), brute-force attack (menebak kombinasi kata sandi dan nama pengguna), manipulasi jaringan (networking manipulation), service-specific attacks, DoS/DDoS, hingga reconnaissance.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tanayastri Dini Isna
        Editor: Kumairoh

        Bagikan Artikel: