Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menangani Krisis Talenta Teknologi di Era Digital Agar Bisnis Melaju Kencang

        Menangani Krisis Talenta Teknologi di Era Digital Agar Bisnis Melaju Kencang Kredit Foto: Unsplash/Rawpixel
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perkembangan startup di Indonesia menjadi pemicu bagi korporasi untuk turut berinovasi memanfaatkan kemajuan teknologi digital dalam pengoperasian bisnisnya. Hal itu kemudian mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan talenta teknologi di semua aspek dan sektor industri. Dampak dari krisis talenta teknologi ini ternyata memengaruhi sumber daya dan produktivitas industri.

        Sebuah survei oleh Robert Walters, perusahaan rekrutmen, mengungkapkan bahwa di Asia Tenggara untuk mencari dan mempekerjakan talenta teknologi merupakan hal yang sulit dan memakan waktu. Padahal ini sangat penting dan berpengaruh pada kesuksesan bisnis.

        Berdasarkan survei yang dilakukan pada April 2019 pada hampir 400 profesional teknologi dan manajer perekrutan di seluruh Asia Tenggara, ditemukan bahwa krisis akan talenta teknologi merupakan permasalahan global dengan tingkat kesulitan tinggi.

        Melalui survei ini, para manajer perekrutan talenta teknologi menilai tingkat kesulitan untuk mendapatkan talenta teknologi dengan skor rata-rata 7 dari skala 1-10. 68% responden mengaku membutuhkan waktu tiga bulan atau lebih untuk mencari seorang profesional teknologi yang dapat mengisi kekosongan dalam tim mereka.

        Baca Juga: Krisis Talenta Teknologi Memperlambat Pengembangan Produk

        Sementara 70% manager menyatakan telah merasakan dampak negatif yang memengaruhi produktivitas dan inovasi bisnis akibat dari krisis akan talenta teknologi.

        Antonio Mazza, manajer teknologi dari Robert Walters Indonesia, menjelaskan, "Pengembangan keterampilan dan kemampuan talenta teknologi saat ini belum sejalan dengan kecepatan teknologi yang berkembang pesat sehingga menyebabkan kelangkaan talenta teknologi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia."

        Strategi Tangani Krisis Kelangkaan Talenta Teknologi

        Dengan persaingan yang begitu ketat, perusahaan tidak bisa lagi melakukan perekrutan hanya saat pekerjaan sedang lowong. Perusahaan harus lebih proaktif, membuang gagasan konvensional dengan memperbarui proses rekrutmen.

        Perusahaan didesak untuk mulai mencari talenta teknologi lebih awal dan mendidiknya melalui usaha membangun brand awareness perusahaan serta di saat bersamaan menyiapkan 'tabungan' dari talenta berkualitas dengan motivasi yang tinggi.

        Melengkapi metode di atas, perusahaan dapat mempertimbangkan jalan non-tradisional, yakni menjangkau talenta yang belum terjangkau sebelumnya, seperti mencari talenta di luar negeri.

        Cara lainnya, mulai menjangkau talenta teknologi dari industri lain. Misalnya, alih-alih mencari seseorang dengan latar belakang lembaga keuangan, perusahaan dapat mempertimbangkan talenta dari industri perdagangan untuk memperluas pilihan mereka.

        Menjadi perusahaan pertama yang menawarkan pekerjaan kepada talenta yang sebelumnya belum terjangkau adalah keunggulan kompetitif. Pencari kerja akan merasa dihargai dan kemungkinan besar akan lebih memilih penawaran pertama yang didapatnya. Inilah sebabnya perusahaan melakukan segala upaya untuk mempersingkat proses perekrutan mereka.

        Baca Juga: Bukan Lewat Rekrutmen, Pria Ini Bekerja di Uber Berkat Komentar di Twitter

        Hasil survei ini menunjukkan, lebih dari setengah (57%) profesional teknologi yang diwawancarai akan setuju jika mendapatkan penawaran paket benefit yang tepat meskipun kenaikkannya hanya sedikit. Tiga pertimbangan teratas yang disukai responden saat memilih perusahaan adalah fleksibilitas waktu kerja (58%), asuransi keluarga (49%), dan opsi kerja jarak jauh (46%).

        Budaya Belajar yang Fokus pada Pengembangan Tim

        Selanjutnya, perusahaan didorong untuk mempertimbangkan kandidat yang menunjukkan potensinya, seperti mampu belajar dengan cepat dan bekerja sama dalam tim, inisiatif menggunakan teknologi untuk mencari solusi, dan memiliki pengalaman atau keterampilan yang berguna bagi tim.

        Menyediakan sumber daya dan peluang untuk membantu talenta teknologi berkembang akan membuat mereka tetap termotivasi, seperti belajar tentang berbagai bidang teknologi dan mempelajari keterampilan yang kurang mereka kuasai.?

        Dikutip dari para profesional teknologi yang telah disurvei, pelatihan mengenai keterampilan teknis dan soft-skill, keterlibatan proyek lintas-departemen, dan peluang rotasi pekerjaan adalah hal yang paling menarik bagi mereka.

        Baca Juga: Lebaran Usai, Karyawan Berbondong-bondong Tinggalkan Perusahaan, Alasannya...

        "Budaya belajar yang kuat di mana talenta didorong untuk belajar dengan berbagi dan mengajarkan sesama akan menciptakan lingkungan yang penuh energi di mana karyawan merasa diakui dan dihargai," tambah Antonio.

        Memicu Perubahan dari Atas

        Untuk menciptakan perubahan, para pemimpin perlu memberikan contoh untuk menginspirasi, memotivasi, dan mempertahankan talenta teknologi. Para pemimpin bisnis yang percaya pada nilai teknologi dalam mempercepat bisnis, menerapkannya ke dalam budaya dan arah perusahaan, yang akhirnya akan menciptakan keselarasan di dalam perusahaannya.?

        Dalam merekrut kandidat manajemen untuk memimpin tim, perusahaan didorong untuk melihat melampaui kemampuan teknis seorang kandidat. Ia haruslah memiliki pemahaman yang baik tentang lanskap teknologi saat ini dan keterampilan dalam mengelola pemangku kepentingan yang kuat.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ning Rahayu
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: